Dalam konteks studi agama, nilai dapat dipandang sebagai elemen mendasar bagi penganutnya. Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana manusia beragama mencerap nilai-nilai dalam agama dengan merujuk pada pelbagai konsep dan pengalaman keagamaan. Jika dicermati lebih mendalam, maka aspek eksperiensial kajian agama untuk memahami nilai-nilai, sebagaimana dipercayai beberapa pakar studi agama, seperti A. Mukti Ali, Ninian L. Smart dan Bryan S. Turner, adalah salah satu aspek studi agama terpenting.
Dengan latar semacam itu, agaknya cukup menggembirakan apabila dapat dijumpai beberapa penelitian dan pengamatan yang dapat menjelaskan pelbagai konsep, pengalaman manusia beragama tersebut. Jurnal Religi yang ada di tangan sidang pembaca ini, bertema Yahudi, Nilai dan Manusia. Artikel tentang posisi peran Ibrahim dalam sudut pandang Islam oleh Djam’annuri, Yahudi dalam sudut pandang filosofis Studi Agama oleh Roma Ulinnuha serta Manusia dalam pandangan Yahudi oleh Agus Darmaji, mengetengahkan kajian nabi, dimensi filosofis Yahudi, dan konsep manusia menurut Yahudi. Beragam konteks doktrinal seperti agama hanif, juru selamat dan konsep manusia dalam ketiga artikel tersebut, agaknya dapat menunjukkan aspek-aspek pembelajaran dalam studi agama berupa keterbukaan, kesediaan pemahaman dan perdamaian antar entitas. Di samping itu, beberapa topik lain meliputi nilai etos kerja dan representasi perilaku keagamaan dapat dijumpai melalui tulisan Rahmat Fajri dan Sekar Ayu Aryani. Beberapa perjumpaan antar ragam umat beragama, seperti Ahmadiyah dengan Nahdhatul Ulama yang ditulis oleh Masthuriyah Sa’dan dan Cosmotheandric dalam relasi antar agama yang dieksplorasi oleh Azis Pajri S., serta perjumpaan dalam pencarian Moksa yang diuraikan oleh Chusnul Chotimah, memberikan deskripsi variasi pemahaman keagamaan yang perlu dipaparkan klaim titik temu dan titik pisahnya.
Dalam hal ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Ninian Smart, tiap-tiap agama hendaknya dapat meningkatkan kreativitas penggalian nilai-nilai komplementer untuk kerukunan, kerjasama dan klausul damai antar masyarakat agama. Dengan nilai-nilai yang berbasis pada dimensi doktrinerfilosofis yang ada pada tiap agama tersebut, maka pengembangan studi agama dapat menyapa kebutuhan masyarakat akan esensi agama yang menyejukkan. Relevansi kajian agama secara ilmiah, dengan demikian mewujud dalam praktek keseharian umat beragama.
Table of Contents
Articles
Roma Ulinnuha
|
1-16
|
|
Statistic | view: 348 | download: 2670 | |
Agus Darmaji
|
17-32
|
|
Statistic | view: 402 | download: 8333 | |
Mr Djam’annuri
|
33-57
|
|
Statistic | view: 188 | download: 1130 | |
Sekar Ayu Aryani
|
59-80
|
|
Statistic | view: 1121 | download: 19233 | |
Rahmat Fajri
|
81-99
|
|
Statistic | view: 186 | download: 954 | |
Azis Pajri S.
|
101-118
|
|
Statistic | view: 214 | download: 1145 | |
Masthuriyah Sa’dan
|
119-132
|
|
Statistic | view: 177 | download: 578 | |
Chusnul Chotimah
|
133-137
|
|
Statistic | view: 106 | download: 435 | |