Transisi, Eksistensi, dan Spiritualitas Transpria: Pengalaman dan Argumen Amar Alfikar

Authors

  • Zahrotusani Aulia Nurrubiyanti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
  • Azis Muslim Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

DOI:

https://doi.org/10.14421/musawa.2022.2102.187-200

Keywords:

transpria, transisi gender, fikih

Abstract

Amar Alfikar telah memutuskan melakukan transisi gender, karena dorongan batin, diagnosis gender dysphoria, dan yang menarik, ada argumen keagamaan yang mendasarinya. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana argumen keagamaan yang ia bangun. Penelitian studi tokoh ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif, dengan pendekatan feminis dan agama, berfokus menggali pemikiran tentang bagaimana tafsir, dan penerimaan transgender dari aspek sosial dan agama. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat transkrip pada setiap video Youtube dan media lain yang menghadirkan Alfikar. Hasilnya antara lain: merujuk para fuqaha, illat yang dianalogikan Alfikar belum bisa diterima untuk pembenaran tindakan mengubah gender. Dari sisi feminisme Beauvoir, Alfikar mempunyai tiga problem, dengan dirinya, lingkungan sosial, dan usahanya mematuhi agama. Problem ini akhirnya ia pecahkan dengan jalan dialog dan keterbukaan. Dalam bahasa Beauvoir, Alfikar berusaha membangun etre pour soi, dan mengaplikasikan gerakan feminisme yang berdaya, merdeka, dan intelektual.

[Amar Alfikar has decided to make a gender transition, because of inner urges, a diagnosis of gender dysphoria, and interestingly, there is an underlying religious argument. The main question is, how is the religious argument he built. This character study research uses a descriptive qualitative method, with a feminist and religious approach, focusing on exploring thoughts on how to interpret, and accept transgender from social and religious aspects. Data collection is done by making transcripts of every Youtube video and other media that presents Alfikar. The results include: referring to the fuqaha, Alfikar's analogy with illat cannot be accepted to justify the act of changing gender. In terms of Beauvoir's feminism, Alfikar has three problems, with himself, his social environment, and his efforts to obey religion. He finally solved this problem by means of dialogue and openness. In Beauvoir's language, Alfikar tries to build etre pour soi, and applies a feminist movement that is empowered, independent, and intellectual.]

Downloads

Download data is not yet available.

References

Agama: Membangun Toleransi Berbasis Al-Quran. Depok: Kata Kita, 2009.

Abdul Mustaqim. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: Idea Press, 2020.

———. “Homoseksual dalam Perspektif Al-Qur’an: Pendekatan Tafsir Kontekstual al-Maqāṣidī.” Ṣuḥuf 9, no. 1 (Juni 2016): 35–58.

Abdullah Musthafa Al-Maraghi. Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa: Dari Biografi, Dinamika Keilmuan dan Keagamaan, Hingga Metode Ijtihad dari Masa ke Masa. Diterjemahkan oleh Husein Muhammad. Yogyakarta: IRCISOD, 2020.

Abdullahi Ahmed An-Na’im. Dekonstruksi Syari’ah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam. Disunting oleh M. Jadul Maula dan M.Imam Aziz. Diterjemahkan oleh Ahmad Suaedy dan Amirudin ar-Rany. Yogyakarta: IRCISOD, 2016.

Ahmad Rizky Mardhatillah Umar. “Dinamika Islam Politik Pasca Orde baru: Kajian Psikoanalisi Lacanian atas Hubungan KAMMI dan PKS.” Ulul Albab Jurnal Studi Islam 14, no. 3 (27 Juli 2014). https://doi.org/10.18860/ua.v14i3.2663.

Aksin Wijaya. Dari Membela Tuhan ke Membela Manusia: Kritik Atas Nalar Agamaisasi Kekerasan. 1 ed. Bandung: Mizan, 2018.

Amalia Adhandayani dan Annastasia Ediati. “Pengalaman Proses Coming Out Transgender pada Keluarga dan Lingkungan” 4, no. 4 (2015). https://doi.org/10.14710/empati.2015.14356.

Arif Nuh Safri. “Jilbab Sebagai Simbol Perjuangan Identitas (Studi atas Pemakaian Jilbab di Kalangan Waria D.I. Yogyakarta).” Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 18, no. 1 (31 Januari 2019): 19. https://doi.org/10.14421/musawa.2019.181.19-33.

Asghar Ali Engineer. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Charles Kimball dan Nurhadi. Kala Agama Jadi Bencana. Bandung: Mizan Media Utama, 2003.

Dari Berhijab Menjadi Laki-laki: Kisah Transpria Muslim “Saya Bukan Perempuan.” BBC News Indonesia, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=uXq28d3u_6I&t=399s.

Divine Departure: A Journey of A Moslem Transman. TEDx Talks, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=XyNIDQtXnN8.

Famega Syavira Putri. “Pengalaman Transpria Muslim: Dari Kerudung ke Sarung, ‘Saya Bukan Perempuan.’” BBC Indonesia, Oktober 2021. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58866954.

Faris A. Khan. “Khwaja Sira Activism: The Politics of Gender Ambiguity in Pakistan.” TSQ: Transgender Studies Quarterly 3, no. 1–2 (1 Mei 2016): 158–64. https://doi.org/10.1215/23289252-3334331.

Fazlur Rahman. Tema-tema Pokok Al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Ervan Nurtawan. Bandung: Mizan, 2017.

Fozia Naseem, Rooh ul Amin, dan Ghulam Muhammad Awan. “An Analytical Study of Laws, Determining the Gender of a Transgender Person in Pakistan.” Sir Syed Journal of Education &Social Research 4, no. 2 (9 Mei 2021): 231–35. https://doi.org/10.36902/sjesr-vol4-iss2-2021(231-235).

Franz Magnis-Suseno. Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Cetakan kedelapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Himas Nur Rahmawati. “‘Am I Man Enough?’: Diskriminasi terhadap Identitas Transpria Muda (Studi Analisis Video YouTube Trans Men Talk Indonesia).” Jurnal Studi Pemuda 10, no. 1 (22 Juli 2021): 55. https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.65214.

Ilham Ghoffar Solekhan dan Maulidi Dhuha Yaum Mubarok. “Khuntsa dan Penetapan Statusnya dalam Pandangan Fiqh Kontemporer.” Al Hurriyah : Jurnal Hukum Islam 5, no. 2 (31 Desember 2020): 160. https://doi.org/10.30983/alhurriyah.v5i2.3324.

Iriene Natalie dan Asrul Dwi. “Amar Alfikar: Transpria, Pesantren dan LGBTIQ+ Dalam Islam.” KBR.id, 10 November 2021. https://kbr.id/berita/10-2021/amar_alfikar__transpria__pesantren_dan_lgbtiq__dalam_islam/106506.html.

Jamāl Albanā. Revolusi Sosial Islam: Dekonstruksi Jihad dalam Islam. Diterjemahkan oleh Rosidin. 1 ed. Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2005.

Jamal Ma’mur Asmani. Mengembangkan Fikih Sosial K.H. M.A. Sahal Mahfudh: Elaborasi Lima Ciri Utama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015.

Jasser Auda. Al Maqasid untuk Pemula. Diterjemahkan oleh Ali Abd el-Mun’im. Yogyakarta: Suka Press, 2013.

———. Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah. Diterjemahkan oleh Rosidin dan Ali Abd el-Mun’im. Cet.1. Bandung: Mizan Pustaka, 2015.

Joy Ladin. “In the Image of God, God Created Them: Toward Trans Theology.” Journal of Feminist Studies in Religion 34, no. 1 (2018): 53. https://doi.org/10.2979/jfemistudreli.34.1.06.

Khaled Abou El Fadl. Selamatkan Islam dari Muslim Puritan. Diterjemahkan oleh Helmi Mustofa. Jakarta: Serambi, 2005.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Revisi. Jakarta: Aksara Baru, 1985.

M. Alifudin Ikhsan. “Fikih HAM dan Hak Beribadah Minoritas Dzimmi di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2, no. 1 (26 Juni 2017): 34–40. https://doi.org/10.17977/um019v2i12017p034.

M Nurdin Zuhdi. “Perempuan Dalam Revivalisme (Gerakan Revivalisme Islam dan Politik Anti Feminisme di Indonesia).” Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 9, no. 2 (30 Juli 2010): 237. https://doi.org/10.14421/musawa.2010.92.237-257.

Mansour Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 1 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Marcel A. Boisard. Humanisme dalam Islam. Diterjemahkan oleh M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Martin Murray. Jacques Lacan: A Critical Introduction. Modern European Thinkers. London: Pluto Press, 2016.

Masnun. “Waria dan Shalat Reinterpretasi Fikih untuk Kaum Waria.” Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 10, no. 1 (29 Januari 2011): 123. https://doi.org/10.14421/musawa.2011.101.123-134.

Muh. Bahrul Afif. “Islam and Transgender (A Study of Hadith about Transgender).” International Journal of Nusantara Islam 7, no. 2 (9 Agustus 2019): 185–89. https://doi.org/10.15575/ijni.v7i2.6138.

Mukhamad Saifunnuha. “Pembahasan Gender dalam Tafsir di Indonesia (Penelitian berbasis Systematic Literature View).” Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 20, no. 2 (2021).

Mulyo Hadi Purnomo. “Melawan Kekuasaan Laki-Laki: Kajian Feminis Eksistensialis ‘Perempuan di Titik Nol’ Karya Nawal el-Saadawi.” Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 12, no. 4 (1 November 2017): 316. https://doi.org/10.14710/nusa.12.4.316-327.

Retno Daru Dewi G.S. Putri. “Penolakan Konsep Ketubuhan Patriarkis di dalam Proses Menjadi Perempuan Melalui Pemikiran Merleau-Ponty dan Simone De Beauvoir.” Jurnal Filsafat 28, no. 2 (31 Agustus 2018): 200. https://doi.org/10.22146/jf.31812.

Setiawan Budi Utomo. Fiqih Aktual: Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. 1 ed. Kajian Fiqih. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Simone de Beauvoir, Constance Borde, Sheila Rowbotham, dan Simone de Beauvoir. The Second Sex. London: Vintage, 2011.

Siti Kurnia Widiastuti. “Religious Freedom for Minority Muslim Group Based on Gender in Indonesia.” Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 16, no. 2 (30 Juli 2017): 169. https://doi.org/10.14421/musawa.2017.162.169-187.

Sonia Kruks. “Simone de Beauvoir and the Politics of Privilege.” Hypatia 20, no. 1 (2005): 178–205. https://doi.org/10.1111/j.1527-2001.2005.tb00378.x.

Syahrin Harahap. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Tri Ermayani. “LGBT dalam Perpektif Islam.” Humanika 17, no. 2 (1 September 2017): 147–68. https://doi.org/10.21831/hum.v17i1.18569.

Yogie Pranowo. “Transendensi dalam Pemikiran Simone de Beauvoir dan Emmanuel Levinas.” Melintas 32, no. 1 (19 Mei 2016): 73. https://doi.org/10.26593/mel.v32i1.1926.73-93.

Yusuf Qardhawi. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Downloads

Published

2023-02-21

Issue

Section

Articles
Abstract Viewed = 1340 times | pdf downloaded = 588 times