Integrasi Ilmu Untuk Bangsa

Authors

  • Siswanto Masruri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Keywords:

Agama, Ilmu, Integrasi, Islamisasi, Saintifikasi, Kebangsaan, Kemanusiaan bersama.

Abstract

QS Yunus (10): 19, Al-Anbiya’ (21): 92, dan Al-Mukminun (23): 52 menegaskan bahwa manusia itu adalah umat yang satu. Berdasarkan ketiga ayat ini, integrasi ilmu yang dikembangkan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, PTKIN khususnya, memiliki pijakan yang kuat. Dalam konteks ini, Mohammad Hatta telah merintisnya sejak tahun 1945. Dalam memorandumnya, Hatta mengatakan bahwa di Sekolah Tinggi Islam (STI) dapat diselenggarakan pengajaran agama berdasarkan pengetahuan tentang Filsafat, Sejarah, dan Sosiologi. Agama dan Filsafat memperkuat kepercayaan dan memperhalus perasaan agama. Agama dan Sejarah memperluas pandangan agama. Agama dan Sosiologi mempertajam pandangan agama di masyarakat. Dengan demikian, STI akan dapat mencetak ulama yang berpengetahuan luas menuju kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan yang damai dan sejahtera. Roger Linclon Shinn juga pernah mengatakan bahwa masalah-masalah besar kemanusiaan jangan sekali-kali diserahkan ke tangan para ilmuwan yang tidak tahu apa-apa tentang agama (etika), atau, ke tangan kaum agamawan (moralis) yang tidak tahu apa-apa tentang iptek. Bahkan, Albert Einstein juga pernah mengatakan bahwa ilmu tanpa agama akan lumpuh dan agama tanpa ilmu akan buta. Jadi, wacana integrasi ilmu sebenarnya sudah selesai, tetapi kemudian digaungkan lebih lantang oleh para ilmuwan PTKIN yang membangun paradigma baru integrasi ilmu yang lebih bermasadepan. Mengacu pada al-Qurán dan pandangan ilmuwan di atas, basic philosophy integrasi ilmu di PTKIN sangatlah integralistik, tidak parsialistik, apalagi dikotomik. Dalam pengembangan keilmuannya, banyak juga cara yang dilakukan PTKIN, baik dengan tekstualisasi maupun kontekstualisasi, baik melalui Islamisasi maupun saintifikasi Islam. Proses pengembangannya pun telah menggunakan KAR-KR (komunikasi, apresiasi, rekognisi, kooperasi, dan resiprositi) sesuai kemauan dan kemampuan masing-masing berdasarkan persyaratan yang ditentukan. Akhirnya, hasil integrasi ilmu memang tidak sekedar untuk kehidupan akademik (science for science), tetapi, juga untuk kepentingan kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan (science for nationalism and humanitarianism). Untuk itu, jika implementasi integrasi ilmu di PTKIN belum sempurna karena alasan-alasan regulatif, tetapi, mereka yang melakukan dan mendalami integrasi ilmu dipastikan dapat bersikap lebih integratif dan nonlinearistik menuju kesejahteraan bersama. 

Downloads

Published

2021-08-09

Issue

Section

Keynote Speech