KONSEP MANUSIA IDEAL: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN ABDUL KARIM AL-JILI DAN FRIEDRICH WILHELM NIETZCHE

Authors

  • Rahmat Ardi Nur Rifa Da’i Universitas Darussalam Gontor Ponorogo
  • Cep Gilang As-Shufi Universitas Darussalam Gontor Ponorogo
  • Fachri Khoerudin Universitas Darussalam Gontor Ponorogo

Keywords:

al-Jili, Manusia Ideal, Nietzsche, Insan Kamil, Ubermensch.

Abstract

Pembahasan mengenai “manusia ideal” masih sangat layak untuk dikaji. Faktanya, tidak sedikit dari masyarakat saat ini berlomba-lomba dan berusaha untuk mencapainya. Diantara sekian tokoh yang yang membahas tentang manusia ideal yaitu Abdul Karim al-Jili dan Friedrich Wilhelm Nietzsche. Kedua tokoh tersebut menjelaskan konsep manusia ideal dengan term masing-masing. Mereka juga memiliki persamaan dan perbedaaan dalam pengertian, proses serta tingkatan. Dengan menggunakan kajian pustaka dan metode diskriptif-komparatif dapat ditemukan persamaan dan perbedaan. Hasilnya yaitu; Pertama, dari sisi pengertian, keduanya sama-sama memiliki istilah tersendiri. Al-Jili dengan Insan Kamilnya dan Nietzsche dengan Ubermenschnya. Namun dalam pengertian Insan Kamil, al-Jili lebih mengacu kepada Tuhan sebagai titik pusatnya dan Nabi Muhammad Saw sebagai citra Tuhan-Nya serta teladan bagi seluruh manusia. Berbeda dengan Nietzsche, menurutnya untuk mencapai Ubermensch tidak ada contoh didunia ini. Ia menganggap manusia sendirilah yang bisa mengukurnya tanpa ada sangkut paut dari luar dirinya. Kedua, dari sisi proses pencapaiannya, keduanya menjadikan Tuhan dan manusia sebagai topik utamanya. Perbedaannya, bagi Al-Jili untuk mencapai Insan Kamil manusia harus bisa ber-tajalli ilahi dan ber-taraqqi dalam kehidupannya. Berbeda dengan Nietzsche, proses pencapaiannya Ubermensch dengan melepaskan diri dari Tuhannya atau God is dead. Ketiga, mengenai sisi tingkatannya. Keduanya sama-sama menyepakati bahwa untuk mencapai manusia ideal harus dilakukan secara berkelanjutan. Perbedaaannya, bagi Al-Jili untuk mencapai Insan Kamil seseorang harus menjalankan tiga tahapan; al-Bidayah, al-Tawasuth, al-Khitam. Berbeda dengan Nietzsche untuk mencapai Ubermensch harus melalui tiga fase; Unta, Singa dan Bayi. 

Downloads

Published

2021-03-01

Issue

Section

Articles