EKSISTENSI MEGONO SEBAGAI IDENTITAS KULTURAL: Sebuah Kajian Antropologi Kuliner dalam Dinamika Variasi Makanan Global
License
Authors who publish with JSR agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
How to Cite
Abstract
Megono is one of the typical foods for the Batang and Pekalongan people, which is made from young jackfruit. Every tourist from outside the area, usually looking for a megono as a sign of having visited and take it as a gift. This study is the result of deepening data about the megono and its existence as a cultural identity for the Batang people in the midst of globalization. This research was conducted using a qualitative method with an open interview approach. Traders and consumers are the main informants for this study. This research employs Baudrillard concept of habitus. The results showed that every morning, the people of Batang seemed obliged to consume sego megono sambel. According to the results of data analysis, megono Batang has different characteristics compare to megono from other places, namely its distinctive aroma. As a traditional food, megono can still exist and become a cultural symbol in the midst of the many variations of modern food. For consumers, this food can deconstruct the social class created by capitalism. Megono does not belong to any classes. This means that megono can be a symbol of equality for society.
Megono adalah salah satu makanan khas bagi masyarakat Batang dan Pekalongan yang terbuat dari bahan baku nangka muda. Setiap pengunjung dari luar daerah, biasanya mencari megono sebagai tanda telah berkunjung dan barang bawaaan. Kajian ini merupakan hasil dari pendalaman data tentang megono dan eksistensinya sebagai identitas kultural masyarakat Batang di tengah globalisasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualtitatif dengan pendekatan wawancara terbuka. Pedagang dan konsumen menjadi informan utama dalam menjelaskan kajian ini. Menurut Baudrillard, arena konsumsi pada globalisme adalah kehiduapan sehari-hari yang merupakan sistem interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan setiap pagi, masyarakat Batang seolah wajib untuk mengkonsumsi sego megono sambel. Menurut hasil analisa data, megono Batang memiliki karakteristik daripada megono dari tempat lain yaitu aromanya yang khas. Sebagai makanan tradisional, megono tetap dapat hadir dan menjadi simbol kultural di tengah banyaknya variasi makanan modern. Bagi konsumen, makanan ini dapat mendekonstruksi kelas sosial yang diciptakan kapitalisme. Megono tidak mengenal kelas. Artinya megono adalah simbol kesetaraan bagi masyarakat.
Keywords:
Megono, Identity, GlobalitationReferences:
Abdullah, Irwan. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Ahimsa-Putra, H.S. Minawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan. Yogyakarta: UGM Press, 1988
Amerine, Maynard A. “Flavor as Value” dalam Food and Civilization (Voice of American Forum Lectures: Charles C. Tomas Publisher, 1966)
Baudrillard, Jean. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2013.
Geertz, Clifford. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hidayah, Zulyani. “Rasa dan Keanekaragaman Cita Rasa Nusantara.” Sarasehan Nasional Antropologi. “Re-invensi Antropologi Indonesia di Era Demorasi dan Globalisasi” (2010): 1-11.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Narko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana, 2011.
Parsudi, Suparlan, Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1993.
Setiawan, Rudi. “Memaknai Kuliner Tradisional di Nusantara: Sebuah Tinjauan Etis,” Respons 21 no. 01 (2016): 113 – 140
Weichart, Gabriele. “Identitas Minahasa: Sebuah Praktik Kuliner”. Antropologi Indonesia 74. (2004): 59-80.
Yoeti, Oka A. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa, 1983.