STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PROGRAM TELECENTER DI PROPINSI JAWA TIMUR
License
Authors who publish with JSR agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
How to Cite
Abstract
This paper discusses the communication strategy developed by telecentres and challenges faced by the manager. The purpose of this paper is to analyze the effective communication strategy in the extension process conducted through telecenters. The primary data obtained through field visits, observation, and interviews with managers of telecenters. Meanwhile secondary data obtained from writings made by telecenter managers on the internet and the data from the Communications and Information Technology Ministry. Telecenter in Indonesia is designed as a community development center to hold activities such as training, improvement of skills and knowledge as well as the implementation of economic activity. Based on data from Communications and Information Technology Ministry, East Java is the province that has the most telecenters because it was developed with cost sharing between provinces and districts budget. The analysis showed that the telecentres implement 10 stages of Wilson’s strategy with some adjustments. The role of the Office of Communications and Information Technology is very crucial in the planning and management of communication so that there should be capacity building for the officers. The challenges are about the institutional strengthening (organizational structure obscurity) and the unavailability of sources of information in accordance with the level and/or pattern of knowledge in rural communities. Infomobilisator role as an educator is very important given the complexity of the issue and the large amount of information in the internet. Telecenter was considered successful in creating a interconnectedness between individuals and between groups (communities). However, the impact related to increased prosperity for farmers have not been prominent. For the old generation of farmers, information about the price of commodities, seeds, and means of support have not become a real need and a felt need. Therefore, it is the role of infomobili sator to achieve intermediate objectives in order to reach the ultimate goal of poverty reduction.
Tulisan ini membahas tentang strategi komunikasi yang dikem bang kan oleh telecenter dan tantangan yang dihadapi oleh pengelola. Tujuan tulisan ini yaitu menganalisis strategi komunikasi yang efektif dalam proses penyuluhan yang dilaku kan melalui telecenter. Data primer diperoleh melalui kunjungan lapangan, pengamatan, dan wawancara dengan pengelola telecenter. Sementara data sekunder diperoleh dari tulisan yang dibuat pengelola telecenter di internet dan data dari Kominfo. Telecenter di Indonesia dirancang sebagai tempat kegiatan pemberdayaan masya rakat berupa pelatihan, peningkatan ketrampilan, dan pengetahuan serta pelaksanaan kegiatan ekonomi. Berdasarkan data Kominfo, Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki paling banyak telecenter karena dikembangkan dengan pola pembiayaan bersama antara provinsi dengan kabupaten. Hasil analisis menunjukkan bahwa telecenter menerapkan 10 tahap strategi Wilson dengan bebe rapa penyesuaian. Peran Dinas Kominfo provinsi sangat besar dalam proses perencanaan dan manajemen komunikasi sehingga perlu ada peningkatan kapasitas SDM Dinas Kominfo terkait kedua hal tersebut. Tantangan yang dihadapi pengelola yaitu seputar kelembagaan (ketidakjelasan struktur organisasi) dan tidak tersedianya sumber informasi yang sesuai dengan tingkat dan/atau pola pengetahuan masyarakat desa. Peran infomobilisator sebagai penyuluh sangat penting mengingat kompleksitas isu dan jumlah informasi yang sangat besar di internet. Telecenter dianggap berhasil menciptakan “keterhubungan” (interconnectedness) antar perorangan dan antar kelompok masyarakat (komunitas). Namun dampaknya bagi peningkatan kesejahteraan bagi petani belum menonjol. Bagi petani generasi lama, informasi seputar harga komoditi, bibit, sarana pendukung belum menjadi real need dan felt need. Oleh karena itu, peran infomobilisator sangat penting untuk membantu mencapai tujuan antara sebagai jembatan ke tujuan akhir yaitu pengentasan kemiskinan.
Keywords:
telecenter, communication strategy, infomobilisator, information sourceReferences:
Al-Qur’an Terjemahan. 2013. Bandung: CV Penerbit diponogoro.
Deviyanti, Dea, 2013, Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Karangjati Kec.Balikpapan Tengah, Jurnal Administrasi Negara 1(2): Fisip Univesitas Mulawarman.
Fakih, Mansour,2001, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hastuti, 2006, Strategi Perempuan Mengatasi Kesulitan Ekonomi Rumah Tangga (Studi Kasus di Lereng Merapi Pasca Erupsi Merapi), Skripsi, Geografi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Huberman, Matthew B. Milles dan A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif. 1992. Jakarta: UI Press.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero, 2008, Alternatif Pengembangan Masyarakat “Communiity Development” terj. Sastrawan Manulang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Leonardus Saiman. Kewirausahaan: Teori, Praktik dan Kasus-kasus. 2009. Jakarta: Salemba Empat. Kamsir, Kewirausahaan, 2009. Jakarta: Rajawali Press.
Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. 2003. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mudzhakar, Antho. Wanita Dalam Masyarakat Indonesia. 2001. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Muslim, Aziz. “Pendekatan Partisipasif Dalam Pemberdayaan Masyarakat”. 2007. Jurnal, Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol, VIII, No.2 Desember.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, 2005. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ndara, Taliziduhu. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, 1990. Jakarta: Renika Cipta.
Nugroho, Riant. Gender dan Strategi Pengarus-utamaanya di Indonesia. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Partanto, Pius A. Kamus Ilmiah Populer. 1994. Surabaya: Arloka. Remiswal. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal 2013. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetrisno, Loekman. Menuju Masyarakat Partisipasif. 1995. Yogyakarta: Kanisius.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. 2009. Bandung: Refika Aditama.
Supeni, Retno Endah “Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Pengembangan Manajemen Usaha Kecil (Sudi diskriptif pada Kegiatan Uaha Kecil Ibu-ibu Desa Wirolegi Kabupaten Jember, Dampingan Pusat Studi Wanita UM Jember)” 2001. Makalah, disampaikan pada Seminar Nasional Ilmu Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.