Jurnal Sosiologi Reflektif

NEGOSIASI OTORITAS KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN PABELAN MASA KEPEMIMPINAN KYAI HAMAM DJA’FAR 1965-1993

Authors

  • Muhammad Ikhsan Ghafur
    Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta

Downloads

Article Galley

DOI https://doi.org/10.14421/jsr.v11i2.1356
Page: 141-156
666 views
818 PDF Downloads

How to Cite

NEGOSIASI OTORITAS KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN PABELAN MASA KEPEMIMPINAN KYAI HAMAM DJA’FAR 1965-1993. (2017). Jurnal Sosiologi Reflektif, 11(2), 141-156. https://doi.org/10.14421/jsr.v11i2.1356

Abstract

Pesantren is an institution where its leadership is based on the descendants of the founders. However, with the development of the era, pondok pesantren has begun to experience system changes such as bureaucracy in it. This pesantren bureaucratization have an impact on the authority of kyai in which the leadership based on descendants turns into a certain qualification. The existence of pesantren bureaucratization does not eliminate the traditional authority. This is because in this bureaucracy there are some family members who have a certain position, so that between the traditional and legal authority are still applied in the modern pesantren. The combination of traditional authority and legal authority has become a demand for the survival of pesantren. The existence of traditional authority is due to the culture that exists in society, while legal authority has become a necessity of the development of the era.

Pesantren merupakan lembaga di mana kepemimpinannya berdasarkan keturunan dari pendiri. Namun dengan adanya perkembangan zaman, pondok pesantren sudah mulai mengalami perubahan sistem di dalamnya dengan adanya birokrasi di pesantren. Birokratisasi pesantren ini tentunya berdampak pada otoritas kyai di mana kepemimpinan berdasarakan keturunan berubah menjadi kualifikasi tertentu. Adanya birokratisasi pesantren tidak menghilangkan otoritas tradisional yang ada. Hal ini dikarenakan di dalam birokrasi tersebut terdapat beberapa anggota keluarga yang menjabati posisi tertentu, sehingga antara otoritas tradisional dan legal tetap berlaku di dalam pondok pesantren modern. Gabungan antara otoritas tradisional dan otoritas legal sudah menjadi tuntutan untuk keberlangsungan hidup pesantren. Adanya otoritas tradisional disebabkan budaya yang ada di masyarakat, sementara otoritas legal sudah menjadi kebutuhan dari perkembangan zaman.

Keywords: pesantren, heredity, bureaucracy and authority

References:

An-Nahidl, Nunu Ahmad, Dkk, 2010, Otoritas Pesantren dan Perubahan Sosial, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Anwar, Saifudin, 2010, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goodman, Goerge Ritzer & Douglas J, 2016, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, terj. Nurhadi Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Mahfudh, Sahal, 2012, Nuansa Fiqih Sosial,Yogyakarta: LKiS.

Mu’tasim, Radjasa,2005, Profil 40 Tahun Pondok Pesantren Pabelan 19652005, Muntilan: Pondok Pesantren Pabelan.

Qomar, Mujamil, 2005, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Erlangga.

Rosidi, Ajib, 2015, Kiai Hamam Dja’far dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Turner, Bryan S, 2007, “Religious Authority and the New Media,” Theory, Culture, & Society 24, no. 2.

Weber, Max, 2009, Sosiologi, terj. Noorkholish, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.