Jurnal Sosiologi Reflektif

EKSISTENSI PUBLIC SPHERE DALAM MEDIA MAINSTREAM: Studi pada Rubrik Citizen Journalism Tribun Yogyakarta

Authors

  • Yanti Dwi Astuti
    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Downloads

Article Galley

DOI https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1235
Page: 233-250
1447 views
885 PDF Downloads

How to Cite

EKSISTENSI PUBLIC SPHERE DALAM MEDIA MAINSTREAM: Studi pada Rubrik Citizen Journalism Tribun Yogyakarta. (2018). Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(2), 233-250. https://doi.org/10.14421/jsr.v12i2.1235

Abstract

Citizen Journalism phenomenon became a trend in the world of journalism and became a new public space for society. One of the mainstream media that is Tribun Jogja newspaper adopted the trend into its rubric called Citizen Journalism rubric. In practice, however, there is an enormous amount of preaching incompatible with the essential meaning of citizen journalism and the public space itself. Where it tends to be very flat and descriptive does not touch on the essence of the meaning of public space is the discussion process that prioritizes rational and critical debate and still apply the process of screening and editing by editors. This is in stark contrast to the spirit of the presence of citizen journalism that is free from any intervention, freely voicing opinions, interactivity, unlimited space, no competition between authors, and no strict detection of news content. Based on this assumption, this research will try to uncover how the existence of public space through Citizen Journalism rubric of Tribun Jogja in the period of one year since its presence which is from 2011 to 2012. Data obtained through in-depth interviews and documentation in the form of Citizen Journalism rubric in Tribun Jogja. Data analysis using three stages of discourse analysis on the news consisting of text analysis, social cognition, and social context. This study reinforces the fact that mainstream media is not a free and neutral channel, but a tool of dominant groups and also produces dominant ideologies. So put the rubric named citizen journalism into utopia. Recommendations for editors Citizen Journalism and Koran Tribun Jogja, should provide more news coverage space both in print and online editions, and submit the management of Citizen Journalism rubric to outsiders who have no direct ties with the media concerned, so that the dimension of independence can Achieved.

Fenomena Citizen Journalism menjadi trend dalam dunia jurnalisme dan menjadi ruang publik baru bagi masyarakat. Salah satu media mainstream yaitu koran Tribun Jogja mengadopsi tren tersebut ke dalam rubriknya yang dinamakan rubrik Citizen journalism. Namun dalam prakteknya, terdapat banyak sekali kecenderungan pemberitaan yang tidak sesuai dengan makna hakiki dari citizen journalism dan ruang publik itu sendiri. Dimana cenderung sangat datar dan deskriptif tidak menyentuh pada esensi dari makna ruang publik yaitu pada proses diskusi yang megedepankan debat rasional dan kritis serta masih diberlakukannya proses penseleksian dan editing oleh redakturnya. Hal ini sangat kontras dengan semangat hadirnya citizen journalism yang bersifat bebas dari intervensi siapapun, menyuarakan pendapat secara leluasa, interaktifitas, tidak terbatasi oleh halaman (unlimited space), tidak ada persaingan antar penulis, dan tidak adanya penseleksian ketat terhadap konten beritanya. Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini akan mencoba membongkar dan menggambarkan bagaimana eksistensi ruang publik melalui rubrik Citizen Journalism Tribun Jogja dalam kurun waktu tiga tahun sejak kehadirannya yaitu mulai 2011 hingga 2012. Penelitian ini menguatkan fakta bahwa media mainstream bukanlah saluran yang bebas dan netral, melainkan sebuah alat dari kelompok dominan dan juga memproduksi ideologi dominan. Sehingga menempatkan rubrik yang bernama citizen journalism menjadi utopia. Rekomendasi bagi redaktur rubrik Citizen Journalism dan Koran Tribun Jogja, sebaiknya memberikan space pemberitaan rubrik ini lebih banyak lagi baik pada edisi cetak maupun online, dan menyerahkan pengelolaan rubrik Citizen Journalism pada pihak luar yang tidak memiliki ikatan langsung dengan media yang bersangkutan, sehingga dimensi independensi dapat tercapai.

 

Keywords:

Mainstream Media, Citizen Journalism, Tribun Jogja, Public Space

References:

Bennet, Tony 1982. Theories of the Media, Theories of society." In Culture, Society and the Media Edited by Mi - - et al. London: Methuen

Curran, James, Michael Gurevitch. 1977. Mass Communication and Society (Edward Arnold Publisher

Dida Dirgahayu, 2007. “Citizen Journalism Sebagai Ruang Publik (Studi Literatur Untuk Menempatkan Citizen Journalism Berdasarkan Teori Jurnalistik dan Mainstream Media)”, Kajian Komunikasi dan Informatika, Volume 5.

Fresco, 2009. Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Gillmor, Dan. 2004. We The Media: Grassroot Journalism by The People,

for The People. California: O'Reilly

Hasfi, Nurul. 2010. The Development of Citizen Journalism in Indonesia. Project Report Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/1201//the_development_of_citizen_journalism_in Indonesia.pdf. pada tanggal 10 Juni 2013.

Habermas, Jürgen. 1997. English Translation. The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Cambridge Massachusetts: The MIT Press.

Hardiman, Budi. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius.

-------------------. 2010. Ruang Publik. Yogjakarta: Penerbit Kansius.

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2004. Sembilan Elemen Jurnalisme: Apa yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Pantau: Jakarta.

Lincoln, & Denzin. 2009. Handbook of Qualitatif Research. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

McQuail, Denis. 2008. McQuail’s Mass Communication Theory. (5th edt). Sage publication.

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Wardah, 2011. Representasi Identitas Budaya Makassar Dalam Pemberitaan Situs Panyingkul.Com Periods 2006-2010. Makasar: Universitas Indonesia Timur