MASYARAKAT BADUY DALAM PERGULATAN TIGA JARINGAN MAKNA
License
Authors who publish with JSR agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
How to Cite
Abstract
This article tries to explore about Bernard Adeney-Risakotta’ theory, that are agama (religion), modernitas (modernity), and budaya nenek moyang (culture of the ancestors), that relates with Baduy society (Baduy Dalam and Baduy Luar). This article uses library research. There are differences between Baduy Luar and Baduy Dalam, Baduy Luar tends to influenced by modernity, because they receive modernity product, such as technology, idea, and also institutions. In religiosity’ view, they are influenced by traditional religion. They accept modernity in technology form, such as transportation, television, the watch, clothes, etc.
Tujuan tulisan ini mengeksplorasi tentang tiga jaringan makna yang menjadi teori Bernard Adeney-Risakotta, yaitu agama, modernitas, dan budaya nenek moyang pada masyarakat Baduy yang mempunyai pola sedikit berbeda, karena ada dua Baduy, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Tulisan ini menggunakan analisa kepustakaan. Analisa didasarkan pengumpulan data sekunder berbasis kepustakaan yang dihimpun dari berbagai literatur yang mendukung. Masyarakat Baduy masih melaksanakan gotong royong, misalnya pada pembuatan rumah, panen, acara ritual atau berdo’a. Baduy Luar sudah terpengaruh pada modernitas, yaitu teknologi (televisi dan transportasi), institusi dan gagasan (ide). Tidak ada konfrontasi dari luar Baduy, karena mengedepankan kebersamaan dan saling menghormati. Baduy Luar masih memegang teguh budaya nenek moyang dengan patuh pada puun sebagai kepala suku. Mereka tetap memakai identitas sebagai masyarakat Baduy, yaitu pakaian yang merupakan ciri khas Baduy. Menurut Bernard, budaya nenek moyang bisa berupa kesetiaan pada nenek moyang, kepatuhan pada adat istiadat. Berbeda dengan Baduy Dalam dalam menerima tiga jaringan di atas. Baduy Dalam merupakan masyarakat yang menonjolkan budaya nenek moyang. Dalam hal modernitas, mereka sangat jauh dari yang telah didefinisikan oleh Bernard, baik dalam modernitas gagasan (ide) dan tehnologi.
Keywords: Religion, cultural ancestors,Modernity,Baduy
References:
Adimihardja, K. Orang Baduy di Banten Selatan: Manusia air pemelihara sungai, Jurnal Antropologi Indonesia, Th. XXIV, No. 61, Jan-Apr 2000
Baidhawy, Zakiyuddin dan Mutoharrun Jinnan (ed.), 2003. Agama dan Pluralitas Budaya Lokal. Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Peubahan Sosial,
Bernard Adeney-Risakotta. 2004 “Modernitas, Agama, dan Budaya Nenek Moyang” dalam Sociology of Religion: A reader. Yogyakarta
Budiwanti, Erni, 2000, Islam Sasak Wetu Telu Versus Waktu Lima, Yogyakarta: LKiS
Garna, Y. 1993. Masyarakat Baduy di Banten, dalam Masyarakat Terasing di Indonesia, Editor: Koentjaraningrat & Simorangkir, Seri Etnografi Indonesia No.4.
Jakarta: Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama
INDONESIA'S 'AMISH' LIVE OUTSIDE ECONOMY, De: McBride, Eileen, Christian Science Monitor, 08827729, 1/21/98, Vol. 90
Kahmad, Danang, 2009. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Martono, Nanang, 2016. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Post Modern, Postkolonial. Jakarta: Rajawali Pers
Salim, Hairus, 1999, Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan, Yogyakarta: LKiS
Singgih, Emanuel Gerrit, 2002 “Etnisitas dan Identitas: sebuah pengantar.” Dalam Ubed Abdillah, Politik Identitas Etnis: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas.” Magelang: IndonesiaTera
Internet:
http://www.kompas.com. Diambil tanggal 1 Mei 2006
http://www.rumahdunia.net/. Diambil tanggal 1 Mei 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Badui_%28Indonesia%29. diambil tanggal 6 Mei 2006
PERMANA, R. CECEP EKA, Masyarakat Baduy dan Pengobatan Tradisional Berbasis Tanaman,dalam Wacana, Vol. 11 No. 1 (April 2009): 81—94), wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/download/145/134, diakses tanggal 23 Oktober 2017
Ira Indrawardana, BERKETUHANAN DALAM PERSPEKTIF KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, dalam Jurnal Melintas, hal. 105-118, journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/view/1284, diakses tanggal 25 Oktober 2017