UNRAVELING THE THREADS OF WOMANHOOD: A QUALITATIVE INQUIRY INTO THE CONSTRUCTION OF GENDER IN SASAK SOCIETY
License
Authors who publish with JSR agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
How to Cite
Abstract
Sasak society is renowned for its adherence to moral principles, humanism, and strong religious beliefs. Nevertheless, several research indicate the persistent existence of gender discrimination, particularly targeting women. This study seeks to examine the formation of the concept of 'being a woman' in Sasak culture, encompassing its many manifestations, underlying causes, and consequences for the social framework, particularly for women in Sasak society. This study employed a qualitative methodology, gathering primary data from several sources including regional chairman, religious leaders, Penelando customary authorities in Sasak, women fulfilling the role of housewives, and males serving as heads of households. The data collected from these sources utilizing the interview method is subsequently analyzed using Foucault's framework of power relations. The research reveals that in Sasak society, the construction of 'being a woman' entails the perception that domestic work is inherent to women. The formation of 'womanhood' in Sasak society is intricately linked to the ideology of male hegemony over women. This architecture significantly influences the occurrence of social issues, including the dual burden faced by women, the marginalization of women in the public domain, and the restricted availability of economic resources for women. Due to the intricate nature of power in the creation of gender, it is imperative to do more research with a broader pool of participants. This will enable the identification of more comprehensive concerns and the exploration of the dynamics within current power dynamics.
Masyarakat Sasak selama ini dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, humanis dan religiusitas yang tinggi. Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada sisi lain masih terdapat fenomena diskriminasi gender, khususnya pada perempuan. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi konstruksi 'menjadi perempuan' di masyarakat Sasak yang meliputi bentuk, faktor penyebab hingga implikasinya pada struktur sosial khususya perempuan di masyarakat Sasak. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif, dengan sumber data primer penelitian yang mencakup ketua wilayah, tokoh agama sekaligus ketua adat Penelando di Sasak, perempuan sebagai ibu rumah tangga, serta laki-laki selaku kepala keluarga. Data yang diperoleh melalui metode wawancara dari sumber data tersebut kemudian diinterpretasi dengan menggunakan pendekatan relasi kuasa Foucault. Hasil analisis menunjukkan bahwa bentuk konstruksi 'menjadi perempuan' di masyarakat Sasak adalah bahwa pekerjaan domestik dianggap sebagai kodrat perempuan. Konstruksi 'menjadi perempuan' di masyarakat Sasak ini berkaitan erat dengan wacana dominasi laki-laki terhadap perempuan. Konstruksi tersebut berdampak pada munculnya problem-problem sosial seperti adanya beban ganda perempuan, marginalisasi perempuan di ruang publik, hingga keterbatasan akses sumber ekonomi bagi perempuan. Mengingat sifat kekuasan dalam konstruksi gender yang sangat kompleks, maka perlu adanya penelitian lanjutan dengan informan yang lebih luas, guna mengidentifikasi persoalan-persoalan yang lebih komprehensif serta mengungkap dinamika relasi power yang ada.
Keywords:
Sasak society, Power dynamics, Social construction, Subjugation of womenReferences:
Abdullah, I. (2001). Seks, gender & reproduksi kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang Press.
Abdulsyani. (2017). Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Adlin, A. (2016). Michel Foucault: Kuasa/Pengetahuan,(Rezim) Kebenaran, Parrhesia. Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, 1(1), 13–26.
Afandi, A. (2015). Konsep Kekuasaan Michel Faucault. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2, 131. https://doi.org/10.15642/teosofi.2012.2.1.131-149
Amriani, N., & Suardi, D. (2015). Perempuan maskulin. Jurnal Equibrium, 3(1), 57–66.
Budiwanti, D. E. (2000). Islam Sasak ; Wetu Telu versus Waktu Lima. Lkis Pelangi Aksara.
Foucault, M. (1997). Seks dan kekuasaan: Sejarah seksualitas. Gramedia. Diambil dari https://books.google.co.id/books?id=5qwVAgAACAAJ
Foucault, Michel. (1978). The history of sexuality (1st American ed). New York: Pantheon Books.
Foucault, Michel. (2019). Discipline and Punish: The Birth of the Prison. Penguin UK.
Foucault, Michel, & Gordon, C. (1980). Power/knowledge: Selected interviews and other writings, 1972-1977 (1st American ed). New York: Pantheon Books.
Hannan, A., & Abdillah, K. (2019). Hegemoni Religio-Kekuasaan Dan Transformasi Sosial Mobilisasi Jaringan Kekuasaan dan Keagamaan Kyai dalam Dinamika Sosio-Kultural Masyarakat. Sosial Budaya, 16(1), 9–24.
Hartati, D. (2018). Stratifikasi Sosial (Sistem Sosio Kultur) Masyarakat Sasak Di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 1(1), 41–50.
Hermawan, E. (2001). Politik membela yang benar: Teori, kritik dan nalar. Yayasan Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat (KLIK).
Hidayati, N. (2016). Beban Ganda Perempuan Bekerja (Antara Domestik dan Publik). MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender, 7(2). Diambil dari http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/516
Jhon Scott. (2011). Sosiologi the Key Concepts. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Jones, P. (t.t.). Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Fungsionalisme hingga Post-modernisme. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Khaerani, S. N. (2017). Kesetaraan Dan Ketidakadilan Gender Dalam Bidang Ekonomi Pada Masyarakat Tradisional Sasak Di Desa Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. 11, 18.
Lexi Moelong. (2011). Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
M, M. A. A. (2009). Menjadi pemimpin politik: Perbincangan kepemimpinan dan kekuasaan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Marhumah, M. (2011). Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, Dan Lembaga Pendidikan. Karsa: Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 167–182. https://doi.org/10.19105/karsa.v19i2.64
McNay, L. (1993). Foucault and feminism: Power, gender, and the self. Boston: Northeastern University Press.
Nazri, U. N. (2018). Perempuan Sasak “Memotret Bias Gender dalam Konteks Sosio-Kultural Lombok menuju sebuah Humanisme Sosial-Spiritual.” Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam, 10(2), 1–39. https://doi.org/10.35964/al-munawwarah.v10i2.3244
Peach, L. J. (2002). Women and World Religions. Prentice Hall.
Prantiasih, A. (2016). Reposisi peran dan fungsi perempuan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 27(1).
Rohmaniyah, I. (2008). Meninjau ulang wacana spiritualitas dan perempuan. Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam, 6(2), 153–172.
Rohmaniyah, I. (2009). Gender dan konstruksi Perempuan dalam Agama. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 10(2).
Rohmaniyah, I. (2017). Gender dan Konstruksi Patriarki. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam & Diandra.
Rohmaniyah, I. (2017). Konstruksi Seksualitas Dan Relasi Kuasa Dalam Praktik Diskursif Pernikahan Dini. Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 16(1), 33–52.
Rokhimah, S. (2015). Patriarkhisme Dan Ketidakadilan Gender. MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender, 6(1).
Setiawan, I. (2019). Analisis Percakapan Bahasa Sasak Dalam Perspektif Gender: Sebuah Kajian Wacana Kritis. Mabasan, 7(1), 24–35. https://doi.org/10.26499/mab.v7i1.170
Subhan, Z., Thayyibah, H., & Lembaga Kajian Humanis dan Feminis Islam (El-Kahfi) (Jakarta). (2004). Kodrat perempuan: Takdir atau mitos? Yogyakarta; Jakarta: Pustaka Pesantren ; Lembaga Kajian Humanis dan Feminis Islam (El-Kahfi).
Sudirman, H., & Prarijanto, T. (2012). Gumi Sasak dalam sejarah.
Syafe’i, I. (2015). Subordinasi Perempuan Dan Implikasinya Terhadap Rumah Tangga. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 15(1), 143–166.
Wahidah, B. Y. K. (2019). Mitologi Putri Mandalika Pada Masyarakat Sasak Terkait Dengan Bau Nyale Pada Pesta Rakyat Sebagai Kearifan Lokal Tinjauan Etnolinguistik tahun 2018. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 4(5).
Wahyudin, D. (2018). Identitas Orang Sasak: Studi Epistemologis terhadap Mekanisme Produksi Pengetahuan Masyarakat Suku Sasak. JURNAL PENELITIAN KEISLAMAN, 14(1), 52–63. https://doi.org/10.20414/jpk.v14i1.493
Wirata, I. W. (2016). Perempuan Dalam Cerita Naskah Islam Lokal (Suku Sasak) Di Lombok (Pendekatan Sosiologi). Mudra Jurnal Seni Budaya, 31(2). https://doi.org/10.31091/mudra.v31i2.37
Zaidan, Y. F. (2020). Relasi Tubuh dan Kekuasaan: Kritik Sandra Lee Bartky Terhadap Pemikiran Michel Foucault. Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, 5(2), 134–153.
Zubaedah, S. (2010). Mengurai problematika gender dan agama. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 5(2), 243–260.