The Changing Significance of the Gerebeg Maulid Tradition: An Examination of Its Socio-Economic Impact in Indonesia
License
Authors who publish with JSR agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
How to Cite
Abstract
The tradition of Grebeg Maulid in Yogyakarta plays a significant role within Indonesian Musim society. It is not just a cultural identity with significances of religiosity, but also a multifaceted socio-economic phenomenon. The aim of this study is to explore how the Muslim society perceives this heritage, specifically within the socio-economic context. The study employed qualitative research methodology, utilizing observation and interviews to collect data from informants who are actively engaged in the practice. The findings indicated that Grebeg Maulid serves not only as a platform for religious expression, but also as a catalyst for economic endeavors and touristic aspects. Its economic impacts are clearly identified through the numerous business transactions that take place during the event, providing a boost to the local tourism industry. However, the commercialization of this tradition has changed its meaning, with economic values overshadowing its religious significance. In a nutshell, the significance of Grebeg Maulid has undergone a significant change within Javanese Muslim culture. It has evolved beyond being solely a celebration of the Prophet Muhammad's birth and now serves as a hub for tourism and commercial endeavors in the community.
Tradisi Grebeg Maulid di Yogyakarta dalam kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia, tidak hanya sebagai simbol budaya dengan makna religius, tetapi juga sebagai fenomena sosial ekonomi yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemaknaan masyarakat Muslim terhadap tradisi ini, khususnya dalam konteks sosial ekonomi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, adapun pengumpulan data melalui proses observasi dan wawancara dengan informan yang terlibat dalam tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grebeg Maulid tidak hanya menjadi sarana untuk mengekspresikan keberagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk aktivitas ekonomi dan pariwisata. Dimensi ekonomi dalam tradisi ini tercermin dalam bentuk transaksi ekonomi yang terjadi selama acara dan memberi dampak positif terhadap industri pariwisata setempat. Meskipun demikian, keberadaan dimensi ekonomi ini telah menggeser makna sakralitas tradisi tersebut, kebutuhan akan nilai ekonomi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan makna religious yang melekat dalam tradisi Grebeg Maulud. Dengan kata lain, Grebeg Maulid telah mengalami transformasi makna yang signifikan bagi masyarakat Muslim Jawa, tidak lagi hanya sebagai pengingat kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga sebagai objek wisata dan ekonomi masyarakat.
Keywords:
Prophetic Leadership, Kuntowijoyo, Indonesian Muslim SocietyReferences:
Ahmad, Ichsanudin, Bagas Syafrijal N, Ajeng Octa N, dan Avatara Rizky P. 2021. “Tradisi Upacara Sekaten di Yogyakarta.” Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture 3(2):49–53. doi: 10.32585/kawruh.v3i2.1718.
Apsari, Diah Maya. 2021. “Pergeseran Nilai Dakwah Dalam Perayaan Sekaten Di Kraton Yogyakarta.”
BAPPEDA Daerah Istimewa Yogyakarta. 2023. “Data Kinerja Dinas Pariwisata.” bappeda.jogjaprov.go.id 1. Diambil 1 Desember 2023 (https://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/603-data-kinerja-dinas-pariwisata).
Beck, Herman. 2019. “Garebeg.” Hal. 34–35 in Encyclopaedia of Islam, THREE, diedit oleh K. Fleet, G. Krämer, D. Matringe, J. Nawas, dan E. Rowson. Leiden: Brill.
Daliman, A. 2012. Upacara Gerebek di Yogyakarta Arti dan Sejarahnya. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Damsar, dan Indrayani. 2015. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2012. “Upacara Garebeg Di Keraton Yogyakarta.” budaya.jogjaprov.go.id 1. Diambil 10 November 2023 (https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/178-upacara-garebeg-di-kraton-yogyakarta).
Dutayana, Muhammad Kresna, dan Abd. Latif Bustami. 2022. “Tradisi Sekaten Yogyakarta terhadap Perkembangan pada Abad Ke-21 dalam Teori Sosial Budaya.” Jurnal Pendidikan dan Konseling 4(6):4449–61.
Dutayana, Muhammad Kresna, dan Irawan. 2021. “Eksistensi Tradisi Sekaten di Yogyakarta Terhadap Integerasi dalam Beragama di Masyarakat Kecamatan Godomanan, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi DIY, Tahun 2020.” Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1(5).
Hasan, Renta Vulkanita. 2013. “Grebeg Maulud Dalam Representasi Busana Dan Motif Batik Di Keraton Yogyakarta.” Corak 1(2). doi: 10.24821/corak.v1i2.352.
Jamilah, Joharotul, Arya Hadi Dharmawan, Nurmala K. Panjaitan, dan Didin S. Damanhuri. 2016. “Embeddeness of Moral and Culture Institusions with Embroidery Entrepreunership in Tasikmalaya.” Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan 4(3):233–41.
Latif, Muhammad Sultan, dan Muhammad Syafi’i Ahmad Ar. 2021. “Eksistensi Aktivitas Kebudayaan dalam Mengawal Peradaban Kehidupan Sosial: Tradisi Sekatenan Keraton Yogyakarta Perspektif Teori Solidaritas Emile Durkheim.” MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial 5(1):1–7. doi: 10.30743/mkd.v5i1.3368.
Millah, Nabila Hafizhotul, Fauzyah Anindhya Mafazah, Nida Adilah Rahma, dan Nurgita Raihana Sulti. 2022. “Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kebudayaan Grebeg dalam Tinjauan Pendidikan Islam.” AR-RASYID : Jurnal Pendidikan Agama Islam 2(2). doi: 10.30596/arrasyid.v2i2.10455.
Mirawati, Tiwi. 2016. “Nilai-Nilai Islam Dalam Tradisi Garebeg Mulud Dan Implikasinya Terhadap Masyarakat Keraton Yogyakarta.” UIN Sunan Kalijaga.
Mundzirin, Yusuf. 2009. Makna dan Fungsi Gunungan Dalam Upacara Garebeg. Yogyakarta: Katalog dalam Terbitan.
Nugraha, Paternus Eka. 2020. “Tradisi Sekaten di Keraton Yogyakarta.” 1–19.
Nursalam, Cikal, dan Eka Syahputra. 2023. “Potensi Tradisi Grebeg Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Daerah Istimewa Yogyakarta.” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(8):89–95.
Nursolehah, Sihabuddin Noor, dan Kiky Rizky. 2022. “Akulturasi Islam Dengan Budaya Jawa Pada Tradisi Sekaten Di Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.” Virtu: Jurnal Kajian Komunikasi, Budaya dan Islam 2(1):19–30. doi: 10.15408/virtu.vxxx.xxxxx.
Pangaribowo, Wisang Seto. n.d. “Alasan Tak Ada Pasar Malam Sekaten Yogya, Dulu Strategi Penjajah Pecah Fokus Masyarakat.” Kompas.com.
Permadi, Danur Putut. 2022. “Memoir of Kidung Rumekso Ing Wengi in the Frame of Symbolism.” Islah: Journal of Islamic Literature and History 3(1):39–58. doi: 10.18326/islah.v3i1.39-58.
Permadi, Danur Putut, dan M. Agus Wahyudi. 2022. “Syarat Guru Dalam Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito (Perspektif Filfasat Jawa).” Irsyaduna: Jurnal Studi Kemahasiswaan 2(3):195–206.
Peursen, Cornelis Anthonie van. 1988. Strategi Kebudayaan. Cet.11. Yogyakarta: Kanisius.
Pratisara, Devina. 2020. “Grebeg Maulud Yogyakarta Sebagai Simbol Islam Perspektif Nilai Pancasila.” Pancasila 1(2).
Putri, Oni, dan Nur Hidayah. 2019. “Keterlekatan Sosial Pedagang Pasar Tradisional (Studi Pada Paguyuban ‘Margo Mulyo’ Pasar Kotagede Yogyakarta).” E-Societas: Jurnal Pendidikan Sosiologi8(3):2–14.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta: PT. Grasindo.
Sunartono. 2023. “6 Rangkaian Garebeg Mulud Sekaten 2023 di Kraton Jogja, Terbuka untuk Umum.” Harian Jogja 1. Diambil 10 November 2023 (https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2023/09/20/510/1149067/6-rangkaian-garebeg-mulud-sekaten-2023-di-kraton-jogja-terbuka-untuk-umum).
Tarjo. 2019. Metode Penelitian. Yogyakarta: Deeppublish.
Wahono, Sri Mulyani, dan Edipeni Pramusinto. 2020. “Keterkaitan antara Upacara Adat Tradisional Sekaten dengan Pengembangan Kepariwisataan di Kodya Surakarta.” Jurnal Ilmiah Pariwisata 16(1):32–49.
Yantari, Hanif Fitri, dan Danur Putut Permadi. 2023. “Mystical Java: The Concept of Sasahidan in Serat Wirid Hidayat Jati.” Al Qalam: Jurnal Kajian Keislaman 40(1):72–86.
Yogyakarta, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa. 2012. “Grebeg.” Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta, Dinas Pariwisata Kota. 2019. “Grebeg Sekaten.” Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.