KONSTRUKSI TAHLIL KELILING SELAMA BULAN RUWAH
Published: Dec 31, 2020
Pages: 387-401
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Abstract
Javanese society is known for its people who hold tightly to traditions from their ancestors, one of which is tahlilan. Tahlilan is an inseparable part in the midst of the majority of Javanese people. As with the tradition of tahlilan carried out by the people of Belor Village, Ngaringan District, Grobogan Regency, Central Java, it is a unique activity, because the implementation of tahlil is carried out alternately in each house during the intricate month. This study uses a living hadith study approach. The results of this study show that the traveling tahlil tradition is a tradition inherited from their ancestors, the implementation time is for 30 days in the month of ruwah, usually more until the middle of the month of Ramadan due to the enthusiasm of the people who want their homes to hold this tradition. The motives and goals of the perpetrators of this tradition are to send spirits or pray for families who have died through tahlil. The majority of people are not satisfied if they do not carry out this tradition and there is something missing in their life. In terms of the benefits of this activity, there are many, including strengthening the relationship between Muslims, competing to give alms and others.
Keyword: Tradition, Tahlilan, Ruwah, Living Hadis
Abstrak
Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat yang memegang erat tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang, salah satunya adalah tahlilan. Tahlilan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan di tengah-tangah mayoritas masyarakat Jawa. Seperti halnya tradisi tahlilan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Belor Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah menjadi kegiatan yang unik, karena pelaksanaan tahlil dilakukan keliling bergantian setiap rumah selama bulan ruwah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian living hadis. Hasil dari penelitian ini bahwasannya tradisi tahlil keliling ini merupakan tradisi tinggalan nenek moyang mereka, waktu pelaksanaanya ialah selama 30 hari di bulan ruwah, bahkan biasanya lebih sampai pertengahan bulan ramadhan dikarenakan antusianya masyarakat yang ingin rumahnya mengadakan tradisi ini. Adapun motif dan tujuan para pelaku tradisi ini adalah ingin mengirim arwah atau mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia melalui tahlil. Mayoritas masyarakat merasa belum puas jika tidak mengadakan tradisi ini serta ada yang kurang dalam hidupnya. Dari sisi manfaat kegiatan ini sangatlah banyak diantaranya mempererat tali silaturahmi sesama umat Islam, berlomba-lomba ingin mengulurkan sedekah dan lain-lain.
Kata kunci : Tradisi, Tahlilan, Ruwah, Living Hadis
Keywords:
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##
Copyright
- Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors can enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) before and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
Daftar Pustaka
Abdusshomad, Muhyiddin. Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi. Surabaya: KA-JI, 2008.
Artika Sari, Dinia Agustia. “Selametan Kematian di Desa Jaweng Kabupaten Boyolali.” Haluan Sastra Budaya 1, no. 2 (2017).
Darweni. “Nilai Moral dalam Upacara Tradisi Ruwahan di Pura Mangkunegaran Surakarta.” ParaiAnom: Jurnal Pengkajian Sebi Budaya Tradisional 1, no. 1 (2018).
Faris, Husain Ahmad Ibn. Mu’jam Maqayish al-Lughah. jil 1. Damaskus: Dar Al-Fikr, 1979.
Hartati, dan Hambali. “Transformasi NU di Indonesia: Upaya menghilangkan Polemik Di Tengah Perubahan Politik.” Subtantia 20, no. 1 (2018).
Ida, Laode. NU Muda. Jakarta: Erlangga, 2014.
Kastolani, dan Abdullah Yusof. “Relasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Tentang Tradisi Nyadran di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.” Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 4, no. 1 (2016).
Mas’ari, Ahmad, dan Syamsuatir. “Tradisi Tahlilan: Potret Akulturasi Agama dan Budaya Khas Islam Nusantara.” Kontesktualitas 33, no. 1 (2017).
Meolong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2014.
Minarto, Soerjo Wido. “Tahlil Sebuah Seni Ritual Kematian Pada Kepercayaan ‘Islam Jawa’ Tinjauan Teks dalam Konteks.” Gelar: Jurnal Seni Budaya 9, no. 2 (2011).
Mustamar, Marzuki. Dalil-Dalil Praktis Amaliah Nahdliyah (Ayat dan HAdis Pilihan seputar Amaliah Warga NU). Surabaya: Muara Progresif, 2014.
Pratiwi, Kinanti Bekti. “Dari Ritual Menuju Komersial Pergeseran Tradisi Ruwahan di Kelurahan Sukorejo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.” Haluan Sastra Budaya 2, no. 2 (2018).
Purwanti, Rosalia Susila. “Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya di Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblangan Yogyakarta.” IJC: Indonesia Journal Of Conservation 3, no. 1 (2014).
Qudsy, Saifuddin Zuhri. “Living Hadis: Genealogi, Teori, dan Aplikasi” 1 (2016): 20.
Rahmanto, Oki Dwi. “Pembacaan Hizb Ghazali di Pondok Pesantren Luqmaniyah Yogyakarta Perspektif Teori sosiologi Pengetahuan Karl Menheim.” Living Islam 3, no. 1 (2020).
Riskasari, Ana. “Pengaruh Persepsi Tradisi Tahlilan di Kalangan Masyarakat Muhammadiyah Terhadap Relasi Sosial di Desa Gulu Rejo Lendah Kulon Progo” 2 (2018): 17.
Rodin, Roni. “Tradisi Tahlilan dan Yasinan.” Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam 11, no. 1 (2013).
Salih, Muhammad, Ahmad Farid, dan Abdul Karim. Pendidikan Aswaja dan Nahdlatul Ulama’. Pasuruan: L.P Ma’arif Nahdlatul Ulama’, 2009.
Sugara, Robi. “Reintrepretasi Konsep Bid’ah dan Fleksibilitas Hukum Islam Menurut Hasyim Asyari.” Asy-Syariah 19, no. 1 (2017).
Suryadilaga, M Alfatih. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2007.
Udin, Muhammad Diak. “Analisis Perilaku Soisal Masyarakat Dusun Plosorejo Desa Kemaduh Kab. Nganjuk dalam Tradisi Yasinan dan Tahlilan (Study Deskriptif Melalui Pendekatan Teori Pertukaran Sosial)” 26, no. 2 (2015).
Warisno, Andi. “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi.” Ri’ayah 2, no. 2 (2017).
Wulandari, Sri. “Makna Simbolik dalam Tahlilan Masyarakat Gorontalo.” Jurnal Bahasa dan Satra 5, no. 1 (2020): 10.
Zuhri. “LIving Islam Apa dan Mau ke Mana?” Living Islam 1, no. 1 (2018).
Zuhri Qudsy, Saifudin, dan Kusuma Dewi. Living Hadis : Praktik, Resepsi, Teks dan Transmisi. Yogyakarta: Q-Media, 2018.
https://islam.nu.or.id/post/read/37823/tentang-tahlilan-dan-dalilnya. Diakses pada 29 Mei 2020.
https://islam.nu.or.id/post/read/18438/keutamaan-di-bulan-syaamp8217ban. Diakses pada 29 Mei 2020.
Wawancara dengan Sya’roni Sudarma umur 56 Tahun
Wawancara dengan Fathur umur 51 Tahun
Wawancara dengan Mashadi 27 Tahun