KARIKATUR IKLAN POLITIK MEDIA LUAR RUANG JANGAN MEMBELI KUCING DALAM KARUNG

Authors

  • Joko Suryono Program Studi Ilmu Komunikasi Univet Bangun Nusantara Sukoharjo
  • Purwani Indri Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Univet Bangun Nusantara Sukoharjo
  • Nuryani Tri Rahayu Program Studi Ilmu Komunikasi Univet Bangun Nusantara Sukoharjo
  • Hariyanto Hariyanto Program Studi Ilmu Komunikasi Univet Bangun Nusantara Sukoharjo
  • Mukti Widayati Program Studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Univet Bangun Nusantara Sukoharjo

DOI:

https://doi.org/10.14421/pjk.v12i1.1539

Keywords:

Karikatur, Membangun Mitos, Jangan Membeli Kucing Dalam Karung

Abstract

Abstrak.Iklan Politik Media Luar Ruang Honda Hendarto tampil dengan ciri khusus menggunakan bahasa karikatur. Iklan ini  biasanya menampilkan kandidat dengan gambar nyata  yaitu : photo kandidat  dengan gesture tertentu , logo partai politik, nama partai politik, tag line, nomor urut, background warna partai,  dan nama caleg. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna konotatif kontruksi dan makna konfiguratif tanda non verbal dan verbal karikatur iklan politik media luar ruang honda Hendarto. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik menyimak.  Sumber data dalam penelitian ini adalah tanda non verbal Karikatur   Iklan Politik Media Luar Ruang Honda Hendarto dan tanda verbal peribahasa Jangan Membeli Kucing dalam Karung. Analisis data yang digunakan adalah  analisa semiotika dan pandangan stilistika Hasil penelitian ini adalah bahwa Karitur tersebut memiliki makna konotatif :  1) tentang sosok Honda Hendarto yang ingin membangun mitos dirinya,  sebagai seorang pemikir besar, visioner , ramah, sederhana, memiliki solidaritas, menghargai tradisi masyarakat, tulus, kuat, berwibawa, memiliki keinginan kuat, berjuang untuk rakyat, menyerap aspirasi rakyat, mewujudkan harapan rakyat dan menjadi jembatan antar rakyat,  pemerintah dan wakil rakyat 2)  Pendidikan politik kepada pemilih untuk berpikir  kritis saat memilih Presiden dan Wakil Presiden, wakil rakyat, sehingga mengetahui kondisi orang yang dipilihnya, yang menyangkut  kinerja, visi misi, program kerja dan citra pribadinya,  seperti  peribahasa jangan membeli kucing dalam karung, yang termasuk dalam bagian transasksi gharar. Transaksi gharara dalah  semua transaksi  yang mengandung (al-jahalah) ketidakjelasan,(al-khathr) pertaruhan, atau perjudian. Peribahasa ini unsur yang paling menonjol  (foregrounding) dalam karikatur tersebut dan termasuk dalam bahasa konfiguratif metafora. Kata kunci: Karikatur, Membangun Mitos, Jargon

Abstract. Honda Hendarto’s outdoor political advertising mediahas provided a special representation through its caricature. Such media introduces a political candidate by showing several features, which includethe candidate’s photo, particular gesture as the unique communication symbol, political party’s logo, name, tagline, serial number, party’s background color, and the candidate’s name. The article aims to comprehend the constructive and configurative meaningsof Honda Hendarto’s Outdoor Political Advertising Media through its verbal and nonverbal symbols. It deployed a content analysis for its data collecting technique. The data source consisted of the non-verbal symbolsof Honda Hendarto’sOutdoor Advertising Media in the form of caricature and its verbal symbols that promote a proverb Don’t buy a cat in a sack (which is similar to English proverb Don’t buy a pig in a poke). It utilized Semiotics and Stylistics Analysis techniques. The findings revealed that the caricature contains connotative meanings, which include: 1.) Honda Hendartowills to establish a public paradigm for his profile through several great labels, which includehis self-representation as a scholar, visionary, as well as humble and friendly figure who upholds solidarity, traditions, sincerity, strength, excellentmanner, persistence, struggle, public aspiration, and transparent communication among citizens and People’s Representatives Council; 2.) The value of political education through the advice Don’t buy a cat in a sack encourages the public to critically evaluate their candidates of President and Vice President aswell as legislature members based on their performance, vision and mission, programs, and profiles. In regards, to the political education, Honda Hendarto’sOutdoor Advertising Media hasprovoked the public awarenessin avoidingal-jahalah(unclarity) and alkhathr (gamble) which are the parts of gharar (uncertainty) that probably happensin the votes of General Election. The proverb Don’t buy a cat in a sackimplies the caricature’sforegrounding message, as it belongs to a metaphor.  Keywords: Caricature, establishing public paradigm, tagline

Downloads

Download data is not yet available.

References

Fuady, M. E. (2005). Dilema Moral : Kepalsuan dan Keteladanan Komunikasi Politik di Indonesia, (56), 195–200. Retrieved from https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/viewFile/1283/819

Itiqomah, N., & Sofyan, I. (2015). Kritik Sosial Politik Dalam Karikatur (Analisis Semiotik Karikatur Clekit “Program 100 Hari Jokowi” pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Oktober-Januari 2015). Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura.

Kaid, L. L. (2004). Political advertising. In Handbook of political communication research.

Kompas.Com. (2009). Kenali Caleg, Jangan Beli Kucing dalam Karung. Retrieved from https://nasional.kompas.com/read/2009/02/28/15003634/Kenali.Caleg..Jangan.Beli.Kucing.dalam.Karung

Kusno, G. (2015). Karikatur Soekarno dan Soeharto yang Ditabukan. Retrieved from https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/552be4556ea834724c8b4592/karikatur-soekarno-dan-soeharto-yang-ditabukan

M. Mahfud, Kertamurti, R. (2016). Desain Komunikasi Dakwah Visual Animasi 2D Untuk Anak ( Studi Deskriptif Kualitatif di SDN Monggang Pendowoharjo Sewon Bantul ). Profetik Jurnal Komunikasi, 09(02), 45–64.

Membeli Kucing dalam Karung. (2016). Retrieved from https://pengusahamuslim.com/2106-membeli-kucing-dalam-karung.html

Mushodiq, M. A. (2017). Mitos Dalam Karikatur Anti Korupsi ( Studi Analisis Semiotika Roland Barthes ), 2(2), 246–284.

Nugraha, P. dan A. (2017). Makna Peribahasa Madura dan Stereotip Kekerasan pada Etnis Madura (Tinjauan Stilistika). LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 12(2), 90–98. https://doi.org/10.18860/ling.v12i2.4172

O’Shaughnessy, N. (2005). The rules of political advertising. Marketing (UK).

Piliang, Y. A. (2010). Semiotika dan Hipersemiotika: kode, gaya dan matinya makna. Bandung: Jalasutra.

Potongan S3. (2016). Yogyakarta. Retrieved from etd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S3-2016-218739-chapter1.pdf

Resticka, G. A. (2017). Pemanfaatan Aspek Kebahasaan Bentuk Kata Tuturan Humor dalam Karikatur. Haluan Sastra Budaya, 1(1), 41. https://doi.org/10.20961/hsb.v1i1.4296

Singgih. (2015). Membeli Kucing dalam Karung Sebuah Cerita Tradisonal. Retrieved from https://singgihsinggih.wordpress.com/2015/04/30/membeli-kucing-dalam-karung-sebuah-cerita-tradisonal

Sunarto, W. (2013). Perang Karikatur, Mengangkat dan Menjatuhkan Soekarno Tinjauan Sejarah 1959 - 1967. Jakarta: Pascasarjana IKJ.

Syamhudi Kholid, A. A. (2006). Jual Beli Gharar. Retrieved from https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-gharar.html

Tinarbuko, S. (2009). Menakar Iklan Politik Pemilu 2009. Nirmana, 11(2), 114–124.

Waluyanto, H. D. (2000). Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual Dalam Penyampaian Kritik Sosial. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana. https://doi.org/10.9744/nirmana.2.2.

Downloads

Published

2019-06-23

Issue

Section

Articles