KAWIN PAKSA DALAM PANDANGAN KIAI KRAPYAK
DOI:
https://doi.org/10.14421/ahwal.2016.09107Keywords:
Kiai Krapayak, Kawin paksa, ijbār, ikrah.Abstract
The writings that discuss the practice of forced marriage signifies that the forced marriage is still massively implemented in the community. The phenomenon of forced marriage is right using religious arguments. Forced marriages in fiqh known as ijbār rights. Forced marriage can be a manifestation of the right ijba̅r if the requirements are met in determining ijba̅r, and if it is not in accordance with these concepts then a forced marriage positioned as ikrah. This paper specifically discusses the forced marriage in perspective of Kiai Krapyak. The view of Kiai Krapyak toward forced marriage with opposing views literally. But essentially the view of Kiai Krapyak tend to be similar. They agree that forced marriages should as much as possible to be avoided, though, in the law of Islam , the practice of forced marriages are a valid contract. Islamic law does not condone a forced marriage which connotes as ikrah, although the majority of schools of fiqh agree for the ijbār rights. The majority of schools of fiqh agree that they have their rights with a different perspective of the school of one sect to another. Positive law mentions the consent of both couples as a necessity, then automatically there is no compromise on the permissibility of execution of forced marriage.
[Tulisan-tulisan yang membahas tentang kawin paksa menandakan bahwa praktek atau pelaksanaan perkawinan paksa masih masif di kalangan masyarakat. Fenomena kawin paksa menjadi ritus dengan menggunakan hujah agama. Kawin paksa dalam fiqh dikenal dengan istilah hak ijbār. Kawin paksa bisa jadi manifestasi dari hak ijba̅r apabila terpenuhi syarat-syarat dalam menentukan ijba̅r, dan apabila tidak sesuai dengan konsep tersebut maka kawin paksa diposisikan sebagai ikrah. Tulisan ini khusus membahas tentang kawin paksa dalam perspektif Kiai Krapyak. Pandangan Kiai-kiai Krapyak terhadap kawin paksa mempunyai pandangan yang berbeda secara literal. Akan tetapi secara esensial pandangan para Kiai Krapyak cenderung sama. Mereka sepakat bahwa kawin paksa sebisa mungkin untuk dihindari, meskipun dalam prakteknya kawin paksa merupakan akad yang sah. Hukum Islam tidak membenarkan adanya kawin paksa yang berkonotasi ikrah, kendatipun mayoritas mazhab fiqh sepakat adanya hak ijbār. Mayoritas mazhab fiqh sepakat adanya hak tersebut dengan perspektif yang berbeda antara mazhab satu dengan mazhab yang lain. Hukum positif menyebutkan persetujuan kedua pasangan sebagai suatu keharusan, maka secara otomatis tidak ada kompromi terhadap kebolehan pelaksanaan kawin paksa.]References
Abidin, Slamet, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia: 1999.
Alhamdani , H.S.A., Risalah Nikah Hokum Perkawinan Islam, Jakarta: Pustaka Amani, Cet. Ke-3, 1989.
Al-Qur’an dan Terjemah, Kudus: Menara Kudus, 2006.
Asqālani̇̅, ibn Hajar al-, Fathul bāri, alih bahasa Amiruddin, dkk., XXII, Jakarta SelatanPstaka Azzam, 2007.
Audah, Abdul Qadir, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islam: Muqaran bi al-Qanun al-Wad’i, cet. ke-13, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1994.
Bassam, Abdullah ibn Abdurrahman al-, Syarah Bulughul Maram, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Bukhari̇̅, Imam, Ṣaḥi̇̅h al-Bukhari̇̅, Istambul: Dār al-Taba’an al-Amirah, t.t.
Dāwūd, Abū, Sunan Abi̇̅ Dāwūd, Beirūt: Dār al-Fikr, 1978.
Forum Kajian Kitab Kuning, Wajah Baru Relasi Suami Istri Telaah Kitab ‘Uqudū al-Jain, Yogyakarta: LkiS, 2001.
Hamid, Zahri, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan UUP di Indonesia, Yogyakarta: Ibna Cipta, t.t.
Hamidah, Tutik, Fiqh Perempuan : Berwawasan Keadilan Gender, cet. I, Malang: UIN-MALIKI Press, 2001.
Huda, Miftahul, Kawin Paksa: Ijbar Nikah dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009.
Idris, Ahmad, Fiqh Islam Menurut Mazhab Syaf’i, Siliwangi: Multazam, 1994.
Idris, Ramulyo, Moch., Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Ikhsanuddin, M. dkk., Pengantar Pengajaran Fiqh Perempuan di Pesantren, Yogyakarta: Yayasan Kesejahteraan Fatayat, 2002.
J, Aminullah, Hubungan dan Hak Suami-Istri dalam Islam, Jakarta: Pelajar Bandung, 1972.
Jaziri, Abdurraḥman al-, Kitab al-Fiqh ‘Ala̅ al-Mazahib al-Arba’ah Beirut: Maktabat at-Tijariyyah, t.t.
Mali̇̅bāri̇̅, Zainuddi̇̅ ibn ‘Abd al-‘Azi̇̅z al-, Fathul al-Mu’in, Kudus: Menara Kudus, 1979.
Mas’udi, Masdar F., Islam dan Hak-Hak Reproduksi perempuan, Bandung: Mizan, 1997.
Mawardi, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Yogyakarta: BPFE, 1984.
Muchtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. Ke-3, Jakarta: Bulan Ibntang, 1993.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Mazhab, Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Jakarta: Lentara, 1996.
Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LKis, 2001.
Muhdor, Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan, cet ke-1, Bandung: Al-Bayan, 1994.
Muslim, Ṣaḥi̇̅h musim, Beirūt: Dār al-Fikr, 1988.
Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan 1, Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA, 2005.
Nawawi, Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf an-, Syarah Shahih Muslim, Vol. 9, Beirut: Dar Ihya` Turats al-Arabi, 1392 H.
Noor, Faried Ma’ruf, Menuju Keluarga Sejahtera & Bahagia, Bandung: Al-Ma’arif, 1983.
Nur, Djaman, Fiqih Munakahat, Semerang: Dina Utama, 1993.
Rahman, Asjmuni A., Qaidah-Qaidah Fiqh, (Qawaid al-Fiqhiyyah), cet. I, Jakarta: Bulan Ibntang, 1976.
Rusyd, Ibn, Bidayah Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid , Indonesia: al-Ihya’ al-Kutub al-‘arabiyah, 2003.
Ṣan’āni̇̅,Muhammad ibn Ismā’i̇̄l al-Ami̇̅r al-Yamani̇̅ as-, Subul as-Salām, Kairo: Dār Iḥya at-Turaṡ al-‘Arabi̇̅, 1960.
Siddiq, Abdullah, Harian Perkawinan Islam, Jakarta: PT.Tintamas, 1983.
Siradj, Saied Agiel, Ahlussunnah dalam Lintas Sejarah, cet. II, Yogyakarta: LKPSM Tompeyan, 1998.
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.
Syāthiri̇̄, Muhammad ibn Ahmad ibn Umar as-, Syarh al-Yâqût al-Naf i̇̄s, Jeddah: Dâr al-Minhâj, 2007.
Syiddieqy, T.M. Hasby ash-, Tafsir an-Nur, VI, cet. I, Jakarta: Bulan bintang, 1946.
Yunus, Mahmud, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.
Zuhaili̇̅, Wahbah az-, Al-Fiqh al-Islām wa Adillatuhu, 11 jilid, alih bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, dkk cet. ke-10, Depok: Gema Insani, 2007.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2017 Arif Kurniawan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication. The works are simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.