@Wardahmaulida_: Platform Islami Media Sosial Dari Niqab Eksklusif pada Niqab Fashion
DOI:
https://doi.org/10.14421/jkii.v5i2.1121Keywords:
niqab, Wardah, trendy, dress model, social mediaAbstract
The outbreak of social media provides an alternative to celebrities who appear besides on television. The term social media celebrities also appear as 'selebgram' and 'selebtwitt'. Their appearance is based on a number of fans on social media who actively follow them both on the Instagram or the Twitter. This celebrity culture gives birth to interesting public figures who have never been found on television. One interesting program is @wardahmaulina_, a Muslim woman who uses a niqab of various colors in each of her postings. Her popularity began from her love affair with Natta Reza, who is now her husband, and was widely discussed in the social media. The story of their introduction only through Instagram and later married, much liked by citizens. Since then, both Natta Reza and Wardah have become popular. This paper focuses on discussing new phenomena about Wardah’s models of dressing (1.3 million of Instagram followers) that make the niqab a fashion trend. The niqab itself was initially stigmatized by the salafi movement as it tends to be rigid but is now undergoing a transformation after the appearance of figures like Wardah who presents the niqab with a more trendy and attractive style in the Muslimah market culture. This paper shows that the niqab is no longer synonymous with a rigid salafi movement but has transformed into a trendy Muslim outfit.
[Merebaknya media sosial memberikan alternatif selebriti yang tampil selain di televisi. Istilah selebriti media sosial bermunculan dengan sebutan ‘selebgram’ dan ‘selebtwitt’. Kemunculan mereka berdasarkan banyaknnya penggemar di media sosial yang aktif mengikuti baik di instagram ataupun twitter. Kultur selebriti ini melahirkan tokoh publik menarik yang sebelumnya tidak pernah ditemui ditelevisi. Salah satu selebgram yang menarik adalah @wardahmaulina_, ia seorang Muslimah yang menggunakan niqab berbagai warna dalam setiap postingannya. Kepopulerannya dimulai ketika kisah asmaranya dengan Natta Reza yang kini menjadi suaminya, ramai diperbincangkan di ruang media sosial. Kisah perkenalan mereka yang hanya melalui instagram kemudian menikah, banyak disukai oleh warganet. Semenjak itulah nama Natta Reza dan Wardah populer. Paper ini fokus membahas fenomena baru tentang model berpakaian Wardah (1,3 Juta pengikut instagram) yang menjadikan niqab sebagai tren fashion. Niqab sendiri yang pada awalnya distigmakan denga gerakan salafi yang cenderung kaku, kini mengalami transformasi setelah tampilnya sosok seperti Wardah yang menampilkan niqab dengan lebih trendi dan menarik dengan budaya pasar muslimah. Paper ini menunjukkan bahwa niqab tidak lagi identik dengan gerakan salafi yang kaku, namun sudah bertransformasi menjadi pakaian muslimah yang trendi.]
Downloads
References
Baulch, E., & Pramiyanti, A. (2018). Hijabers on Instagram: Using Visual Social Media to Construct the Ideal Muslim Woman. Social Media + Society, 1–15.
Bernard, H. . (2002). Research Methods in Anthropology: Qualitative and quantitative methods (3 rd Edition). California: Alta Mira Press.
Champbell, H. A. (2013). Understanding Religious Practice In New Media Worlds. London and New York: Routledge.
Danesi, M. (2004). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teeks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Engineer, A. A. (2018). Tafsir Perempuan Antara Doktrin dan Dinamika Kontemporer (A. Affandi & M. Ihsan, penerj.). Yogyakarta: Kaktus.
Fealy, G. (2008). Consuming Islam: Commodified Religion And Aspirational Pietism In Contemporary Indonesia (G. Fealy & S. White, ed.). Singapore: Institute Of Southeast Asian Studies Singapore.
Fiske, J. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Hasan, N. (2007). Laskar Jihad: Islam, Militancy and the Quest for Indentity in Post-New Order Indonesia. New York: Southeat Asia Program Publication.
Hefner, R. W. (2013). Islam Pasar Keadilan Artikulasi Lokal, Kapitalisme, dan Demokrasi. Yogyakarta: Lkis.
Hoed, B. H. (2011). Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu.
Jannah, I. L. (2018). Kontestasi Makna Hijab Dalam Ruang Media Sosial Instagram (Sunarwoto, ed.). Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Maulina, W. (2019). Kekasih Impian. Jakarta: PT Falcon.
McLarney, E. (2009). The Burqa in Vogue: Fashioning Afghanistan. Journal of Middle East Women’s Studies, 5 (1), 120.
Nisa, E. F. (2012). Embodied Faith: Agency & Obedience among Face Veiled University Students in Indonesia. The Asia Pacific Journal of Anthropology, 366–381.
Nisa, E. F. (2013). The internet subculture of Indonesian faceveiled women. International Journal of Cultural Studies, 16 (3), 241–255.
Nisa, E. F. (2018). Creative and Lucrative Daʿwa: The Visual Culture of Instagram amongst Female Muslim Youth in Indonesia. Asiascape: Digital Asia, 5, 68–99.
Nursalam, & Syarifuddin. (2015). Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, III (1), 123.
Pratama, B. I. (2017). Etnografi Dunia Maya Internet. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Rantri, L. (2011). Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim. urnal Pengembangan Ilmu Sosial, 39 (2), 29.