Reaktualisasi Filsafat Etika Ibnu Miskawaih dalam Konstruksi Budaya Bermedia Sosial
DOI:
https://doi.org/10.14421/mjsi.v10i2.4673Abstract
Media sosial telah menjad ruang baru bagi manusia dalam mengekspresikan diri, berinteraksi, dan membentuk identitas sosial. Di balik manfaatnya, ruang-ruang digital memunculkan berbagai problem etis dan budaya baru seperti pencarian validasi tanpa batas, penyebaran informasi palsu, hingga kecanduan yang melemahkan kesadaran diri. Artikel ini berupaya untuk reaktualisasi filsafat etika Ibnu Miskawaih, khususnya teori jalan tengah (al-wasath), sebagai landasan dalam konstruksi budaya bermedia sosial yang bijak, kritis, kreatif, dan bertanggungjawab. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan pendekatan deskripsit-analitis terhadap teks primer Tahdzîb al-Akhlāq dan berbegai sumber sekunder yang relevan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa prinsip keseimbangan antara tiga daya; rasional, amarah, dan syahwat serta teori jalan tengah sebagaimana dirumuskan Ibnu Miskawaih dapat diimplementasikan dalam tiga aspek utama penggunaan media sosial; ekspresi diri yang otentik dan proporsional, sikap verifikatif terhadap informasi, dan pengelolaan waktu yang bijak. Ketiganya merupakan pengejawentahan dari nilai hikmah (kebijaksanaan), iffah (menjaga diri), dan ‘adālah (keadailan). Dengan demikiran, teori etika Ibnu Miskawaih tidak hanya relevan di era klasik saat itu, tetapi juga dapat menjadi kerangka etis yang aktual untuk membangun kesadaran digital dan budaya bermedia sosial yang utama.
Kata kunci: Ibnu Miskawaih; Filsafat Etika; Etika Jalan Tengah; Media Sosial.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Wilda Rochman Hakim

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Abstract Viewed = 17 times
|
PDF downloaded = 16 times


