When Religious Leaders Become Marriage Brokers, Penghulus, and Marriage Consultants: The Authority of Kyai in the Process of Unregistered Marriage

Authors

  • Nanda Nabilah Islamiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.14421/ahwal.2024.%25x

Keywords:

Marriage broker, penghulu, marriage consultant, sirri marriage, kyai

Abstract

This article attempts to narrate the role played by kyai in the practice of unregistered marriage in Rembang Sub-district, Pasuruan Regency. The kyai's existence was initially built upon the kyai's establishment in carrying doctrines that indicate adherence to religious terms in all actions, including marriage. This article also examines several factors that sustain the kyai profession at three stages of sirri marriage practice: pre-marriage stage, the marriage stage, and the post-marriage stage. This article also discusses the implications of the interaction between the kyai and the clients through the agreement made. The data is generated from interviews with relevant parties who are directly involved in the practice of unregistered marriages. This article finds that the kyai's involvement in the practice of unregistered marriages is shaped by the kyai's power or authority as a marriage broker, marriage official, and sirri marriage consultant. Moreover, the kyai are often relied upon to minimize potential obstacles to marriage, as seen in the case of buying a wali or the practice of wali muhakam. Through the analysis of Weber's theory of authority, the kyais' power softly attracts public sympathy due to their moral and spiritual superiority, which is implemented through their consistency in religious practice and ability to preach. In this way, the community consciously shows obedience to the kyai, thereby narrowing the space for rejection of the kyai's invitation to engage in unregistered marriage practices.

[Artikel ini menarasikan bagian peran kyai yang dimainkan dalam praktik perkawinan siri di Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan. Eksistensi kyai awalnya dibangun berdasarkan atas kemapanan kyai dalam membawa doktrin yang mengindikasikan kepatuhan terhadap terma agama dalam segala tindakan, termasuk perkawinan. Artikel ini juga mengkaji beberapa faktor yang membuat profesi kyai dapat berlangsung secara kontinu pada tiga tahapan dalam praktik perkawinan siri, yakni tahap pra nikah, tahap perkawinan itu sendiri, dan tahap pasca perkawinan. Artikel ini juga tidak lepas dari pembahasan mengenai implikasi dari adanya interaksi antara kyai dengan para klien melalui kesepakatan yang dilakukan. Data dalam tulisan ini dihasilkan dari proses wawancara dengan pihak yang terlibat secara langsung dalam praktik perkawinan siri. Artikel ini menghasilkan temuan bahwa keterlibatan kyai dalam praktik perkawinan siri terbentuk dari adanya kekuasaan atau otoritas kyai sebagai makelar perkawinan, penghulu perkawinan, dan konsultan perkawinan siri. Selain itu kyai juga dapat diandalkan sebagai pihak yang mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya kendala perkawinan, salah satunya ditemukan dalam kasus beli wali atau praktik wali muhakam. Melalui analisis teori otoritas Weber, kekuasaan kyai secara lunak mampu menarik simpati masyarakat sebab keunggulan dalam aspek moral dan spiritual, yang diimplementasikan melalui konsistesi kyai dalam mengaplikasikan amaliyah keagamaan serta kemampuan dalam berdakwah. Dengan cara demikian, secara sadar masyarakat akan menunjukkan kepatuhan kepada kyai sehingga mempersempit ruang penolakan ajakan kyai untuk terlibat dalam praktik perkawinan siri.]

References

Abdul Jamil Wahab, Kustini, Muchtar Ali. “Fenomena Kawin Kontrak Dan Prostitusi ‘Dawar’ Di Kawasan Puncak Bogor.” Alqalam 35, no. 1 (2018): 127–52. https://doi.org/10.32678/alqalam.v35i1.

Afiyah, Thoyyibatul. “Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Pelaksanaan Perkawinan Sirri karena Perselingkuhan (Studi di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan).” Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2022.

Apriliani, Lia. “Kajian Sadd Al-Dzari’ah Atas Praktik Nikah Siri di Bumiharjo Kab. Jepara.” Isti`dal : Jurnal Studi Hukum Islam 9, no. 1 (2022): 38–56. https://doi.org/10.34001/ijshi.v9i1.3225.

Ashabul Fadhli, Fathur Rahmi. “Intervensi Tuanku Terkait Praktek Nikah Siri di Nagari Kurai Taji Pariaman.” Kafa’ah : Jurnal Ilmiah Kajian Gender 6, no. 2 (2016): 155–78. http://dx.doi.org/10.15548/jk.v6i2.147.

Ati, Nurul Utami. “Mengikis Budaya Nikah Siri Dengan Soft Skill dan Life Skill.” Wacana Publik 14, no. 01 (2020): 27–34. https://doi.org/10.37295/wp.v14i01.44.

Bo’a, Fais Yonas. “Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional (Pancasila as the Source of Law in the National Legal System).” Jurnal Konstitusi 15, no. 1 (2018): 28–49. https://doi.org/10.31078/jk1512.

Dimastiwi, Alifa Ashadiyah. “The Harmony of Siri Marriage Couple.” Etnoreflika: Jurnal Sosial dan Budaya 10, no. 1 (2021): 46–55. https://doi.org/10.33772/etnoreflika.v10i1.1064.

Eko handoyo, Heri Rohayuningsih. “Kawin Kontrak: Latar Belakang, Keabsahan Hukum dan Dampaknya (Studi Kasus di Kabupaten Jepara).” Forum Ilmu Sosial 40, no. 2 (2013): 230–43. https://doi.org/10.15294/fis.v40i2.5357.

Fauzi, Muhammad Latif. “Administrative Transgression and Judicial Discretion for the Sake of Citizens’ Right: The Legalisation of Unregistered Marriages in Indonesia.” Al-Ahwal 16, no. 2 (2023): 211–31. https://doi.org/10.14421/ahwal.2023.16202.

Fitriany, Aulia. “Sejarah Budaya Kawin Sirri di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.” Jurnal Edukasi 1, no. 2 (2015): 1–22.

Hajiji, Merdi. “Relasi Hukum dan Politik dalam Sistem Hukum Indonesia.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 2, no. 3 (2013): 361. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v2i3.65.

Haryono, Satrio Dwi. “Wacana Rasialisme Dalam Sosiologi Max Weber.” Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora 13, no. 2 (2022): 400–410. https://dx.doi.org/10.26418/j-psh.v13i2.55007.

Hidayah, Khoirul. “Persoalan Hukum Perempuan Rembang Akibat Praktek Nikah Sirri.” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 3, no. 1 (2011): 86–100. hhttps://doi.org/10.18860/j-fsh.v3i1.1322.

Jamilah, Fitrotin. “Hak Waris Anak Hasil Pernikahan Siri di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.” Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman 7, no. 1 (2017): 1–9. https://doi.org/10.36835/hjsk.v7i1.2873.

Khodafi, Muhammad, dan Hotimah Novitasari. “Upaya Membranding Stigma Negatif Tradisi Nikah Sirri di Desa Kalisat, Rembang, Pasuruan Melalui Pelestarian Tradisi Gebluk.” Suluk: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya 1, no. 2 (2019): 87–93. https://doi.org/10.15642/suluk.2019.1.2.87-93.

Kinasih, Sri Endah. “Budaya Hukum dan Hubungan Kekuasaan antara Laki-laki dengan Wanita dalam Perkawinan Kontrak di Masyarakat Kalisat,” 2003.

Makruf, Muchlis. “Fenomena Nikah Sirri di Desa Kalisat Perspektif Teori Fenomenologi Sosial Alfred Schutz.” Tesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2021.

Muhammad Ilham Ramadhan. “Peran Ajengan Sebagai Wali Dalam Praktik Nikah Siri: (Studi Di Kecamatan Cisarua kabupaten Bogor).” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2018.

Muharromah, Siti Nur. “Dampak Nikah Sirri terhadap Pendidikan Anak dalam Keluarga di Desa Genengwaru Kecamatan Rembang Pasuruan.” Skripsi. Universitas Yudharta, 2019.

Nasution, Khoiruddin. Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia Dan Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim. Cetakan 1. Yogyakarta, 2009.

Nawawi, Ali Usman, dan Agus Satmoko Adi. “Praktik Kawin Kontrak di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.” Kajian Moral dan Kewarganegaraan 05, no. 02 (2017): 176–92. https://doi.org/10.26740/kmkn.v5n02.p%25p.

Nazarudin, Achmad Abubakar, dan Halimah Basri. “Nikah Sirri dan Problematikanya.” Innovative: Journal Of Social Science Research 3, no. 3 (2023). https://doi.org/10.31004/innovative.v3i3.2215.

Neng Djubaidah. Pencatatan Perkawinan Dan Perkawinan Tidak Tercatat Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam. 1 ed. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Nuriyati Nailil Faroh. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Nikah Mut’ah (Studi Kasus Di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara).” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008.

Nurrohman, Fahrijal. “Aksara Jawa Pegon sebagai Pengantar di Pesantren Jawa (Analisis Otoritas Kharismatik Menurut Max Weber).” Jurnal Kajian Keislaman 1, no. 2 (2023). https://doi.org/10.26533/prophetik.v1i2.2947.

Purwanto, Muhammad Roy. “Nikah Mut’ah dan Implikasinya dalam Kehidupan Sosial : Studi Kasus Nikah Mut’ah di Desa Kalisat Kabupaten Rembang Pasuruan Jawa Timur.” Jurnal An-Nur 6, no. 2 (2014): 151–75.

Rumadi, Rumadi. “Islam Dan Otoritas Keagamaan.” Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (2012): 25. https://doi.org/10.21580/ws.20.1.183.

Salman Alfarisi. “Komersialisassi Pernikahan Sirri Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Praktik Perkawinan Sirri Di Desa Pekoren Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur.” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018, 1–76.

Solikin, Nur. “Praktik Poligami Masyarakat Kalisar Rembang Pasuruan Tinjauan Dalam Perspektif Teori Behavior.” Islamika Inside: Jurnal Keislaman Dan Humaniora 7, no. 1 (2021): 148. https://doi.org/10.35719/islamikainside.v7i1.149.

Suheris, Akhmad Afdin. “Nikah Sirri dan Bentuk Kesadaran Agen (Perempuan) di Desa Pajaran Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.” Skripsi. Universitas Brawijaya, 2014.

Umanailo, Muhamad Chairul Basrun. “Rasional dan Irasional dalam Tindakan Sosial Max Weber.” Sosiologis: Kajian Sosiologi Klasik, Modern dan Kontemporer 1, no. 5 (2023).

Downloads

Published

2024-06-07

Issue

Section

Article

How to Cite

When Religious Leaders Become Marriage Brokers, Penghulus, and Marriage Consultants: The Authority of Kyai in the Process of Unregistered Marriage. (2024). Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 17(1), 21-40. https://doi.org/10.14421/ahwal.2024.%x

Similar Articles

1-10 of 119

You may also start an advanced similarity search for this article.