FENOMENA AGAMA BAHA’I DI YOGYAKARTA : SEBUAH SOROTAN UPAYA MENEMUKAN TITIK TEMU DENGAN AGAMA MULTIRELIJIUS
DOI:
https://doi.org/10.14421/jsa.2016.102-02Abstract
Di tengah maraknya sikap-sikap intoleransi khususnya di Yogyakarta, agama Baha’i hadir sebagai sebuah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Dikatakan demikian karena faktanya agama Baha’i mampu membetengi diri dari masyarakat yang beragam. Agama Baha’i di Yogyakarta merupakan agama yang tergolong minoritas namun dalam kesehariannya mereka mampu menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Dengan demikian agama Baha’i adalah salah satu contoh agama yang dapat memelihara sikap-sikap toleransi. Kerukunan antara penganut agama Baha’i dengan masyarakat multirelijius nampak paling tidak dalam dua hal: pertama, dari pola relasi antar penganut agama Baha’i. Kedua, realitas kerukunan tercermin dalam lingkungan sosial masyarakat. Masyarakat Baha’i di Yogyakarta secara aktif terlibat dalam berbagai aktivitas sosial maupun aktivitas keagamaan, serta menjunjung tinggi sikap toleransi beragama, kerjasama, dan kebersamaan.
Kata kunci: Agama Baha’i ,Titik temu, Agama Multirelijius

References
Achmad Syahid dan Zainudin Daulay, Peta Kerukunan Umat Beragama, ( Jakarta: Pusat Litbang Kehidupan Beragama, 2001).
Amin Abdullah dalam Abdul Mustaqim, Membangun Harmoni Sosial: Dalam Bingkai Kerukunan Umat Beragama (Yogyakarta: Idea Press, 2012).
-----------, Himpunan petikan dari tulisan suci Baha’ullah. terj. Lauren silver dan sekelompok penerjemah jakarta: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia. 2004
Fathe’azzam, Husmand. Taman Baru, terj. Sekelompok penterjemah (Jakarta: Majelis Rohani Nasional Indonesia, 2002).
Majelis Rohani Nasional Baha’i di Indonesia, Agama Baha’i, 2013.
Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia, Beberapa Penjelasan ‘Abdu’l-Baha’ , 2011
Nurish, Amanah, “Perjumpaan Baha’i dan Syiah di Asia Tenggara: Paradoks Munculnya Imam Mahdi di Abad Modern” Jurnal Maarif Arus Pemikiran Islam dan Sosial: Syiah, Sektarianisme dan Geopolitik, Vol. 10 No. 2, Desember 2015.
Peter L. Berger, Langit Suci Agama Sebagai Realitas Sosial ( Jakarta: LP3ES, 1991).
Peter L. Berger dan Thomas Luckman dalam Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LKis, 2005)
Peter L. Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan (Jakarta: LP3ES, 2012).
Poloma, Margaret. Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994).
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Makalah Seminar Penelitian : Eksistensi Agama Baha’i di Beberapa Daerah di Indonesia (Studi Kasus di Pati (Jateng), Banyuwangi/ Malang (Jatim), Palopo (Sulsel) dan Bandung (Jabar), (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2014).
Riyanto, Geger. Petter L Berger : Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009).
S.Nateshan. Agama Baha’i Satu Perspektif, Blue hawk, Kuala Lumpur: 1987
The Baha’is (Leichestershire: Baha’I Publishing Trus, 1994).
Yewangoe, A.A. Agama dan Kerukunan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.