HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA SMA NEGERI 1 TANGEN (PERSPEKTIF TEORI SISTEM SOSIAL TALCOTT PARSONS)

Main Article Content

Syamsul Bakhri
Alan Sigit Fibrianto

Abstract

Extracurricular compulsory curriculum became Scout at the elementary and secondary education as a pillar of character education in the nation. Unlike other extracurricular activities students select appropriate talent and interestin making this ektrakurikuler impressed forced. Descriptive method quantitative research aims to find out and analyze the relationship of the extracurricular activities of the Scout with the level of religious students. Research results based on the data analysis has been done on the relationship between Extracurricular Activities with Scout level of Religiosity in students who demonstrate 0575 (r count), while the value of sig 2 tailednya value 0.000 < 0.01. This means the Ha received his and Ho is rejected. So the hypothesis which says there is a significant relationship between extracurricular activities with Scout level of religiosity is right, and also in correlation with test use Product Moment shown with * marked * in the table correlation between extracurricular activities with Scout level of religiosity which means it shows the value of positive correlation. That is, the better the student in carrying out activities through extracurricular activities the Scouts then the higher levels of religiosity in students. School social system in shaping the character of the religious students through extracurricular Scouts can go well because the fourth social system functions (adaptation, goal attainment, integration, and latency) can walk properly and mutual related.

Keywords: Extracurricular Scouts, Religiosity, Students, Social Systems.

ABSTRAK

Ekstrakurikuler Pramuka menjadi kurikulum wajib pada pendidikan dasar dan menengah sebagai pilar pendidikan karakter bangsa. Tidak seperti ekstrakurikuler lainnya yang siswa pilih sesuai bakat dan minatnya membuat ektrakurikuler ini terkesan dipaksakan. Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif  ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dengan tingkat religius siswa. Hasil penelitian berdasarkan data analisis yang telah dilakukan mengenai hubungan antara Aktivitas Ekstrakurikuler Pramuka dengan tingkat Religiusitas Siswa yang menunjukkan 0.575 (r hitung), sedangkan nilai sig 2 tailednya bernilai 0,000 < 0,01. Ini berarti Ha diterima dan Ho nya ditolak. Sehingga hipotesis yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas ekstrakurikuler pramuka dengan tingkat religiusitas adalah benar, dan juga dalam uji korelasi dengan menggunakan Product Moment ditunjukkan dengan tanda ** dalam tabel korelasi antara aktivitas ekstrakurikuler pramuka dengan tingkat religiusitas yang berarti menunjukkan nilai korelasi positif. Artinya, semakin baik siswa dalam melaksanakan aktivitas melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka maka semakin tinggi tingkat religiusitas siswa. Sistem sosial Sekolah dalam membentuk karakter religius siswa melalui ekstrakurikuler Pramuka bisa berjalan dengan baik karena keempat fungsi sistem sosialnya (adaptasi, goal attainment, integrasi, dan latensi) bisa berjalan sebagaimana mestinya dan saling terkait.

Kata Kunci: Ekstrakurikuler Pramuka, Religiusitas, Siswa, Sistem Sosial.

Article Details

How to Cite
Bakhri, S., & Fibrianto, A. S. (2018). HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA SMA NEGERI 1 TANGEN (PERSPEKTIF TEORI SISTEM SOSIAL TALCOTT PARSONS). Jurnal Sosiologi Agama, 12(1), 67–84. https://doi.org/10.14421/jsa.2018.121-04
Section
Articles

References

Anggriani, Fitri. 2013.Pengaruh kegiatan pendidikan Kepramukaan terhadap perilaku peserta didik SMA N 1 Sungai Kakap. Pontianak: Program studi pendidikan Ekonomi, Jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Faukultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak.

Basri, A.1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Budianto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. 1978. Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta: Depdikbud.

Dewi, R.2008. Tanamkan Patriotisme dan Solidaritas Sejak Dini. Yogyakarta: Gemari Edisi.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.2002. kursus Orientasi Gerakan Pramuka. Jakarta: Kwarnas.

Fitriyaningsih, K., & Bakhri, S. (2018). KONTROL SOSIAL DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK MUSLIM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL. Jurnal Sosiologi Reflektif, 12(1).

Bakhri, S. (2013). ASPEK DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN UMUM RAYA ONLINE PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGTAHUN 2011. Solidarity: Journal of Education, Society and Culture, 2(2).

Nurcahyani, Tiara Sakti. 2015.Pengaruh ekstrakulikuler Pramuka terhadap Nasionalisme Siswa (Studi ex-post facto di SMP Negeri 2 Rangkasbitung, Banten.Jakarta: Program studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta.

Peraturan Menteri Nomor 81A tahun 2013, ditindaklanjuti dengan adanya SKB Mendikinas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaan pendidikan pramuka.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan.

Ritzer, George dan Goodman, J Douglass. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Renada Media.

Sari, W. T., & Bakhri, S. (2018). STRATEGI DAN TANTANGAN PENGRAJIN LURIK KEMBANGAN DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA INDUSTRI LURIK DI YOGYAKARTA. EQUILIBRIA PENDIDIKAN: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi, 2(1), 11-18.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional.