KEPALSUAN HIDUP DALAM HIPERREALITAS IKLAN

Authors

  • Cosmas Gatot Haryono Universitas Bunda Mulia

DOI:

https://doi.org/10.14421/pjk.v12i2.1662

Keywords:

Iklan, Simulasi, Simulacra, dan Hiperrealitas

Abstract

Kapitalis (melalui iklan) memanfaatkan kondisi manusia yang terjebak dalam kehidupan yang dipenuhi dengan simulasi untuk mencapai keuntungan  mereka. Di era modern ini, manusia telah terjerembab dalam ruang simulakra dan kehidupan hiperealis untuk kepentingan perluasan penetrasi produk mereka. Situasi ini  dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan fantasi-fantasi ataupun simulasi-simulasi lain sehingga  menyebabkan manusia tidak bisa lagi membedakan mana yang asli dari yang palsu, yang real dari yang virtual, yang nyata dari fantasi.

Peneliti ini didasarkan pada pandangan Jean P. Baudrillard  yang melihat dunia manusia saat ini merupakan suatu dunia simulacra  dipenuhi dengan simulasi dan memmbentuk kehidupan yang hiperrealitas. Media massa (terutama melalui iklan dan film) mempunyai peranan yang sangat besar dalam meciptakan dunia simulacra ini. Faktanya film dan iklan menyuguhkan  begitu banyak kehidupan hiperrealis kepada audiensnya.  Peneliti sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dan menggunakan menggunakan analisis naratif Todorovuntuk membongkar iklan komersial Ramayana Departement Store episode #DisneyHakSegalaBangsa yang peneliti pilih sebagai obyek penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkaran kepalsuan yang  digambarkan sebagai  “sebuah lingkaran setan kehidupan” karena pada waktunya siapapun korban dari kepalsuan juga akan melakukan hal yang sama kepada yang lainnya.  Melalui iklan ini, Ramayana-lah menggambarkan dirinya sendiri sebagai sumber keaslian yang sebenarnya, dimana kegembiraan dan semua impian akan terwujud. Ramayana hendak menggiring pola konsumsi masyarakat Indonesia agar tetap berada dalam keadaan, dimana mereka terjebak pada komsumsi yang salah kaprah dan menjadi semakin terjerembab dalam pola konsumsi yang kehilangan esensi karena hanya melihat  eksistensi dan citra dirinya.

 

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Baudrillard, Jean P. 2009, Masyarakat Konsumsi. diterjemahkan oleh Wahyunto. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Baudrillard, Jean P. 1973/ 1975. The Miror of Production. St. Louis: Telos

Baudrillard, Jean P. 1976/ 1993. Symbolic Exchange and Death. London: Sage

Baudrillard, jean P. 1983/ 1990. Simulation. New york: Semiotext (e)

Furchan, Arief. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Ida, Rachma. 2014, Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya, Jakarta: Prenada Media

Kriyantono, Rahmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group

Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas, hlm.239-246. Yogyakarta: Kinisius.

Ritzer, George. 2010. Teori Sosial Postmodernisme. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra. Diterjemahkan oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan

JURNAL

Fadhilah, 2011, Relevansi Logika Sosial Konsumsi dengan Budaya Konsumerisme Dalam Perspektif Epistemologi Baudrillard, Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011- LIPI

King,Anthony, 1998, A Critical Of Baudrillard’s hyperreality: towards a sociology of postmodernism, Sage Journal, Novemver, 1, 1998

Proto, Francesco, 2013, Fatal Objects: Lacan in Baudrillard part II (The Third Simulation stage: Post-modernity), IJBS Journal, Vol 10, No. 2, July 2012, University of Lincoln, United Kingdom

Downloads

Published

2020-03-25

Issue

Section

Articles