Kenabian Perspektif Ibnu Sina
DOI:
https://doi.org/10.14421/ref.v17i1.1872Keywords:
Human, Intellect, ProphethoodAbstract
Every existing religion certainly based its teachings on revelation. A prophet is nothing but an ordinary human being given the power to be able to relate to God. Al-Fârâbî and Ibnu Sînâ have enormous influence in the intellectual world. This knowledge of prophethood is better known as the “prophetic philosophy”. Ibnu Sînâ in expounding the problem of prophet hood, he acknowledged that the prophethood belongs to the prophet he calls holy intuition that is the highest power that can be obtained by man as a prophet, with this power the prophets can make direct contact with Akal Active without having to work hard. In addition, Ibnu Sînâ also acknowledged al-Fârâbi state- ment that prophet hood also occurs as a result of the emanation of Active Sense. The statement based on the attainment of Active Intellect reaped various debates among philosophers. Ibn Sînâ and al-Fârâbî differ from other Muslim philosophers such as al- Ghazâlî, Ibn Rushd, Ibn Taimiyyah, al-Jâbirî. Al-Ghazâlî, strongly opposed to the pro- phetic theory of al-Fârâbî and Ibnu Sînâ. In the thought of al-Ghazâlî, prophethood can be recognized by history and acceptable according to the mind’s consideration. Ibn Rushd does not blame the previous philosophers because the prophetic theory that the philosophers have made is entirely acceptable. Ibn Taymiyya claimed that the funda- mental heresy of the philosophers lies in the fact they confirm that the origin of revelation is Active Intellect, but the doctrine they use is still human.
[Setiap agama yang ada tentu mendasarkan ajaran-ajarannya pada wahyu. Seorang nabi tidak lain adalah manusia biasa yang diberi kekuatan untuk dapat berhubungan dengan Tuhan. Al-Fârâbî dan Ibnu Sînâ yang memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia intelektual. Pengetahuan tentang kenabian ini lebih dikenal sebagai “filsafat kenabian”. Ibnu Sînâ dalam memaparkan persoalan kenabian, ia mengakui bahwa kenabian itu dimiliki oleh nabi yang disebutnya dengan intuisi suci yaitu suatu daya paling tinggi yang dapat diperoleh manusia sebagai nabi, dengan daya inilah para nabi dapat melakukan kontak langsung dengan Akal Aktif tanpa harus bekerja keras. Selain dari itu, Ibnu Sînâ juga mengakui pernyataan al-Fârâbî bahwa kenabian juga terjadi akibat emanasi dari Akal Aktif. Pernyataan yang mendasarkan pada pencapaian Akal Aktif tersebut menuai berbagai berdebatan di kalangan dunia filosof. Ibnu Sînâ dan al- Fârâbî berbeda dari filosof muslim lainnya seperti al-Ghazâlî, Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyyah, al-Jâbirî. Al-Ghazâlî, sangat menentang teori kenabian dari al-Fârâbî dan Ibnu Sînâ Dalam pemikiran al-Ghazâlî, kenabian dapat diakui menurut riwayat dan dapat diterima menurut pertimbangan pikiran. Berbeda halnya dengan pemikiran Ibnu Rusyd tentang pembahasan yang sama. Ibnu Rusyd tidak menyalahkan filosof-filosof sebelumnya karena teori kenabian yang telah dibuat oleh para filosof dapat diterima keseluruhannya. Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa bid’ah mendasar dari para filosof terletak pada kenyataan mereka mengukuhkan bahwa asal wahyu adalah Akal Aktif, tetapi doktrin yang mereka gunakan masih bersifat manusiawi.]


References
Corbin, Henry. History of Islamic Philosopy, terj. Liadain Sherrard. New York: Publikasi Islam.
Fakhry, Majid. Sejarah Filsafat Islam/ Sebuah Peta Kronologis, terj. Zaimul Am.
Bandung: Mizan, 2001.
Al-Fârâbî, Abu Nasr. Kitâb Ârâu Ahl al-Madînah al-Fâdhilah. Beirût: Dâr al- Masyriq, 1986.
Al-Ghazâlî. Al-Munqidz min al-Dhalâl. Beirut: Dâr al-Andalus, 1967. Al-Ghâzalî, Imam. Tahâfut al-Falâsifah. Kairo: Dâr Al-Ma‘arif, 1972.
Al-Ghâzalî, Abu Hamid. Kitab Al-Arba’in Fî Ushuluddin. Damaskus: Dârul Qalam,
Al-Ghâzalî. Asrâru As-Shoum. Damaskus: Dârul Fikr, 1996.
Goodman, Lenn Evan. Avicenna: Arabic Thought and Culture. New York: E. J.
Brill, 1988.
Al-‘Irâqî, Muhammad ‘Atif. Al-Manhâju al-Naqdi fi Falsafati Ibnu Rusyd. Kairo: Dâr al-Ma‘ârif, 1980.
Iswahyudi, Tesis: Kerancuan Ibnu Sînâ (Analisis Kritis atas Metafisika Ketuhanan
Ibnu Sînâ). Yogyakarta: Pascasarjana UIN Suka, 2005.
Al- ‘Irâqî, Âthif. Al-Naz‘atu al-‘Aqliyyah fî Falsafati Ibnu Rusyd. Mesir: Dâr al- Ma‘arif, 1984.
Al-Jabîri, Mohammed ‘Abed. Kritik Kontemporer atas Filsafat Arab-Islam, terj.
Moch Nur Ichwan. Yogyakarta: Islamika, 2003.
Al-Jâbiri, Muhammad ‘Abid. Takwin al-Aqli al-Arabi. Beirut: Markaz Dirâsah al- Wihdah al-Arabiyah, 1989.
Al-Jabiri. Nahnu wa al-Turâs: Qirâ’ah Mu’ashirah fi Turâsina al-Falsafi. Beirut:
al-Markaz al-Tsaqâfi al-Arabî, 1993.
Ja’fari, Fadil Su’ud. Islam Syi’ah (Tela’ah Pemikiran Imamah Habib Husein al- Habsyi). Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Juwaini dan Nik Yusri bin Musa. “Konsep Akal, Suatu Analisis Terhadap Pemikiran
Al-Farabi dan Ibnu Sina”, Substantia, I, April 2010.
Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan Pengantar Epistemologi Islam.
Bandung: Mizan, 2003.
Leahy, Louis. Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk
Paradoksal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1984.
Leaman, Oliver. Pengantar Filsafat Islam Abad Pertengahan, terj. Amin Abdullah.
Jakarta: Rajawali Pers, 1989.
Leaman, Oliver dan Sayyed Hossein Nasr. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam.
Bandung: Mizan, 2003.
Mulkhan, Abdul Munir. Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: Sipress, 1993. Munthe, Bermawy, Tesis: Konsep Manusia Menurut Ibnu Sina, Suatu Tinjauan A Psikologis Filosofis. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Suka, 1992.
Murtiningsih, Wahyu. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
An-Nadawi, Abu al-Hasan Ali. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, terj. Qadirun Nur.
Solo: Pustaka Mantiq, 1995.
Naif, Fauzan. Pemikiran Filosof Muslim dari al-Kindi sampai Ibnu Arabi.
Yogyakarta: Multi Presindo Yogyakarta, 2013.
Nur, Abdullah. “Ibnu Sina: Pemikiran Filsafatnya Tentang Al-Fayd, Al-Nafs, Al- Nubuwwah dan Al-Wujûd”, I, April 2009.
Al-Râzî, Abu Bakar. Amîb al-Rûhânî. Mesir: Maktab al-Nahdoh, 1978.
Al-Râzî, Yasalûnaka An-Rûh. Iskandariyyah: Maktabatu al-Qur‘an, 2002.
Rahman, F. Prophecy In Islam Philosophy and Orthodoxy. New York: Routledge,
Rahman, Fazlur. A Study of Islamic Fundamentalism, Revival and Reform In Is- lam. England: One World, 2000.
Rukmana, Aan. Ibnu Sina Sang Ensiklopedik Pemantik Pijar Peradaban Islam.
Jakarta: Dian Rakyat, 2013.
Rusyd, Ibn. Al-Kasyfu ‘An Manâhiju al-Adillah fî ‘Aqâidil al-Millah. Markazu
Dirâsâtu al-Wihdatu al-‘Arabiah.
Rusyd, Ibn. Tahâfut at-Tahâfut, terj. Khalifurahman Fath. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Siraj, Fuad Mahbub. Al-Ghazâlî: Pembela Sejati Kemurnian Islam. Jakarta: Dian
Rakyat, 2012.
Supriyadi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Sina, Ibnu. Tis’u Risâlah Fî Al-Hikmah wa Al-Thabi’iyyâts. Mesir: Dâr al-‘Arab. Soleh, Khudori. Integrasi Agama dan Filsafat: Pemikiran Epistemologi al-Farabi.
Malang: Uin Malik Press, 2010.
Al-Talbi, Ammar. “Al-Fârâbî”, Paris, UNESCO: International Bureau of Educa- tion, vol. XXIII, no. 1/2, 1993, 353-372.
Taimiyah, Ibnu. Fatwa-Fatwa Ibnu Taimiyah, terj. Izzudin Karimi. Jakarta: Pustaka
Sahifa, 2008.
Taimiyyah, Ibnu. Kitâb al-Nubuwwât. Bairût: Dâr Ibn Hazm, 1974.