Agama, Modernisme, dan Kepengaturan: Agama Lokal Pasca-1965

Authors

  • Karunia Haganta Universitas Indonesia
  • Firas Arrasy UIN Syarif Hidayatullah

DOI:

https://doi.org/10.14421/panangkaran.2021.0501-02

Keywords:

Agama lokal, Negara, Kepengaturan, Modernisme

Abstract

This article aims to examine the relationship between the state and local religions which underwent major changes after the September 30, 1965 Movement. Local religions experienced marginalization after the 1965 tragedy, ranging from the stigma of atheism to not being recognized as a religion, but a culture that needs to be fostered and even prevented become a new religion. We analyze local state-religion relations from the perspective of James C. Scott's high-modernism and Michel Foucault's governmentality. In our analysis, the state plays a role in this process of marginalization by reproducing a modernity vision that is full of simplification of the complexity of local religions. Through various policies, the state carries out regulations that aim to change adherents of local religions to being good citizens according to the standards set by the state. The recognition given to local religions is very limited and even shows other discriminatory characteristics of the state such as determining monotheism as the standard of a religion, a criterion that is highly biased in the paradigm of world religions. We conclude that the state is not a solution because of the nature of modernity and the simplification it always contains.

[Artikel ini bertujuan untuk mengamati relasi antara negara dengan agama lokal yang mengalami perubahan besar setelah terjadinya Gerakan 30 September 1965. Agama lokal mengalami marginalisasi setelah tragedi 1965, mulai dari stigma ateisme sampai tidak diakui sebagai agama, melainkan suatu kebudayaan yang perlu dibina dan bahkan dicegah untuk menjadi agama baru. Kami menganalisis relasi negara-agama lokal melalui perspektif high-modernism James C. Scott dan kepengaturan (governmentality) Michel Foucault. Dalam analisis kami, negara berperan dalam proses marginalisasi tersebut dengan mereproduksikan visi modernitas yang penuh simplifikasi terhadap kompleksitas agama lokal. Melalui berbagai kebijakan, negara melakukan kepengaturan yang bertujuan untuk mengubah penganut agama lokal menjadi subjek warga negara yang baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan negara. Pengakuan yang diberikan terhadap agama lokal amat terbatas dan bahkan menunjukkan sifat diskriminatif lain dari negara seperti menentukan monoteisme sebagai standar suatu agama, kriteria yang amat bias paradigma agama dunia. Kami menyimpulkan negara bukan solusi karena watak modernitas dan kepengaturan yang selalu dikandungnya.]

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aritonang, J. S. dan K. Steenbrink. (2008). A History of Christianity in Indonesia. Leiden: Brill.

Aspinall, E. dan G. Fealy. (2010). Introduction: Soeharto’s New Order and its Legacy. Dalam E. Aspinall dan G. Fealy (Ed.) Soeharto’s New Order and its Legacy: Essays in Honour of Harold Crouch. Canberra: ANU Press.

Bagir, Z. A. (2017). Kajian tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dan Implikasinya untuk Kebijakan. Dalam I. Ali-Fauzi, Z. A. Bagir, dan I. Rafadi (Ed.) Kebebasan, Toleransi dan Terorisme: Riset dan Kebijakan Agama di Indonesia. Jakarta: PUSAD Paramadina.

Benda, H. J. dan L. Castles. (1969). The Samin Movement. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 125(2), 207-240.

Fakih, F. (2020). Authoritarian Modernization in Indonesia’s Early Independence Period: The Foundation of the New Order State (1950–1965). Leiden-Boston: Brill.

Fauzi, M. Y. (2019). Agama Langkah Lama Pada Suku Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Dalam S. Al Qurtuby dan T. Kholiludin (Ed.) Agama dan Kepercayaan Nusantara. Semarang: eLSA Press.

Foucault, M. (1991). Governmentality. Dalam G. Burchell, C. Gordon, dan P. Miller (Ed.) The Foucault Effect: Studies in Governmentality with Two Lectures by and an Interview with Michel Foucault. Chicago: The University of Chicago Press.

Foucault, M. (2009). Security, Territory, Population: Lectures at the College de France 1977-1978 (terj. G. Burchell). New York: Plagrave Macmillan.

Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays by Clifford Geertz. New York: Basic Books.

Geertz, C. (2017). Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa (terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto). Depok: Komunitas Bambu.

Harahap, A. dan Zaenuddin. (2020). Dari Konversi ke Resistensi: Strategi Kebertahanan Agama Lokal dalam Pusaran Pluralitas Terbatas. Fuaduna, 4(2), 98-113.

Harahap, I. (2010). Rasionalisasi Religius

dalam Diskursus Keagamaan di Indonesia: Kasus Parmalim Batak Toba. Antropologi Indonesia, 61, 26-36.

Harsono, A. (2020). Religious Minorities in Indonesia Face Discrimination. Diakses dari https://www.newmandala.org/religious-minorities-in-indonesia-face-blasphemy-prosecutions-intimidation-denial-of-service/

Hearman, V. (2018). The 1965–1966 Violence, Religious Conversions and the Changing Relationship Between the Left and Indonesia’s Churches. Dalam K. McGregor, J. Melvin, dan A. Pohlman (Ed.) The Indonesian Genocide of 1965: Causes, Dynamics and Legacies. Cham: Palgrave Macmillan.

Heryanto, A. (2005). Ideological Baggage and Orientations of the Social Sciences in Indonesia. Dalam V. R. Hadiz dan D. Dhakidae (Ed.) Social Science and Power in Indonesia. Jakarta-Singapura: Equinox-ISEAS.

Humaedi, M. A. (2017). Konversi Keagamaan Pasca 1965: Mengurai Dampak Sosial Budaya dan Hubungan Islam-Kristen di Pedesaan Jawa. Multikultural & Multireligius, 16(2), 217-240.

Kersten, C. (2017). A History of Islam in Indonesia: Unity in Diversity. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Kumoro, N. B. (2020). Dayak Kaharingan di Tengah Perubahan Sosial Ekologi dan Praktik Perpindahan Agama di Perdesaan Kalimantan Tengah. Jurnal Masyarakat & Budaya, 22(1), 13-24.

Lemke, T. (2012). Foucault, Governmentality, and Critique. New York: Routledge.

Li, T. M. (2007). Governmentality. Anthropologica, 49(2), 275-281.

Li, T.M. (2018). The Will to Improve: Perencanaan, Kekuasaan, dan Pembangunan di Indonesia. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.

Maarif, S. (2016). Kajian Kritis Agama Lokal. Dalam S. Maarif (Ed.) Studi Agama di Indonesia: Refleksi Pengalaman. Yogyakarta: CRCS.

Maarif, S. (2017a). Meninjau Ulang Definisi Agama, Agama Dunia, dan Agama Leluhur. Dalam I. Ali-Fauzi, Z. A. Bagir, dan I. Rafadi (Ed.) Kebebasan, Toleransi dan Terorisme: Riset dan Kebijakan Agama di Indonesia. Jakarta: PUSAD Paramadina.

Maarif, S. (2017b). Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur dalam Politik Agama di Indonesia. Yogyakarta: CRCS.

McDaniel, J. (2010). Agama Hindu Dharma Indonesia as a New Religious Movement: Hinduism Recreated in the Image of Islam. Nova Religio: The Journal of Alternative and Emergent Religions, 14(1), 93-111.

Mudhoffir, A. M. (2013). Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan bagi Sosiologi Politik. MASYARAKAT, 18(1), 75-100.

Mujiburrahman. (2001). Religious Conversion in Indonesia: The Karo Batak and the Tengger Javanese. Islam and Christian–Muslim Relations, 12(1), 23-38.

Narciso, J. B. (2008). Christianization in New Order Indonesia (1965-1998): Discourses, Debates and Negotiations. Melintas, 24(3), 407-428.

Noorsena, B. (2010). Tuhan Yang Maha Esa Bukan Monopoli Agama. Makalh disampaikan dalam diskusi “Yang Kecil dan Yang Beraneka: Kepercayaan dan Kesenian di Indonesia” di Komunitas Salihara, 9 Juni 2010.

Pinontoan, D. H. R. (2019). Agama (Tua) Minahasa dalam Mitos, Ritus dan Kultus. Dalam S. Al Qurtuby dan T. Kholiludin (Ed.) Agama dan Kepercayaan Nusantara. Semarang: eLSA Press.

Polimpung, H. Y. (2010). Psikoanalisis Paradoks Kedaulatan Kontemporer: Kasus Kebijakan Global War On Terror Amerika Serikat: Kasus Semasa Pemerintahan George W. Bush, Jr. Tesis Universitas Indonesia.

Pratiwi, P. S. (2017). Setrip di e-KTP, Hambat Rezeki Hingga Pengakuan Negara. Diakses dari https://m.cnnindonesia.com/nasional/20171107144325-12-254050/setrip-di-e-ktp-hambat-rezeki-hingga-pengakuan-negara/

Robet, R. dan H. B. Tobi. (2017). Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan: Dari Marx sampai Agamben. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.

Rostow, W. W. (1960). The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Cambridge: Cambridge University Press.

Scott, J. C. (1998). Seeing Like a State: How Certain Schemes to Improve the Human Condition Have Failed. New Haven-London: Yale University Press.

Scott, J. C. (2012). Two Cheers for Anarchism: Six Easy Pieces on Autonomy, Dignity, and Meaningful Work and Play. Princeton: Princeton University Press.

Suryadinata, L. (2014). State and “Chinese Religions” in Indonesia: Confucianism, Tridharma and Buddhism during the Suharto Rule and After. Dalam C. Tan (Ed.) After Migration and Religious Affiliation: Religions, Chinese Identities and Transnational Networks. Singapura: World Scientific.

Telle, K. (2009). Spirited Places and Ritual Dynamics among Sasak Muslims on Lombok. Anthropological Forum: A Journal of Social Anthropology and Comparative Sociology, 19(3), 289-306.

Telle, K. (2018). Faith on Trial: Blasphemy and ‘Lawfare’ in Indonesia. Ethnos, 83, 371-391.

Tendi. (2016). Islam dan Agama Lokal dalam Arus Perubahan Sosial. Al-Tahrir, 16(1), 47-68.

Wandi. (2019). Agama dan Kepercayaan Masyarakat Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Provinsi Jambi. Dalam S. Al Qurtuby dan T. Kholiludin (Ed.) Agama dan Kepercayaan Nusantara. Semarang: eLSA Press.

Wiwoho, B. (2017). Kemenag: Putusan MK tak Samakan Definisi Agama-Kepercayaan. Diakses dari https://m.cnnindonesia.com/nasional/20171108192924-20-254421/kemenag-putusan-mk-tak-samakan-definisi-agama-kepercayaan

Downloads

Published

2021-06-15

How to Cite

Haganta, K., & Arrasy, F. (2021). Agama, Modernisme, dan Kepengaturan: Agama Lokal Pasca-1965. Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama Dan Masyarakat, 5(1), 29–47. https://doi.org/10.14421/panangkaran.2021.0501-02

Issue

Section

Articles
Abstract Viewed = 1366 times | PDF downloaded = 925 times