KENISCAYAAN PENGGUNAAN ANALISIS GENDER DALAM STUDI AL-AHWĀL ASY-SYAKHSIYYAH
DOI:
https://doi.org/10.14421/ahwal.2011.04101Keywords:
al-Ahwāl asy-Syakhsiyyah, analisis gender, fikih.Abstract
Al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah is one of the Islamic studies that seems containing many legal rules opposed to the concept of modern society. Therefore, the study of al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah on the perspective of gender analysis is needed to answer the problems of Muslim society in facing democratization in which discourses on human rights and gender equality become its main issues. One of the efforts to reform the rules of al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah is by understanding the asy-Sya>t}ibi>'s concept on ibadah and muamalah. According asy-Sya>t}ibi>, ibadah is pure God's rules, whose purpose can not be captured by the power of human reasoning, so that the provisions of ibadah have to be practiced as is stated in the Quran textually. In contrast, muamalat is rules on human relations where human become center, its purpose can be captured by reasoning, and muamalat provisons on the Quran should be understood by their perceived meaning, not their textual rules. In addition, an understanding of Islamic law should depart from the basic assumption that muamalah rules were revealed from the result of human interaction with their social conditions.
[Al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah merupakan salah satu studi Islam yang terlihat mengandung banyak aturan hukum yang bertentangan dengan konsep masyarakat modern. Dengan demikian, pembahasan ketentuan fikih bidang al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah menurut perspektif analisis gender dirasa perlu dilakukan untuk menjawab problematika umat Islam dalam menghadapi arus deras demokratisasi dengan wacana hak asasi manusia dan kesetaraan gender yang menjadi isu utamanya. Upaya pembaharuan hukum al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah bisa dilakukan dengan memahami konsep ibadah dan mu’amalah dari asy-Sya>t}ibi>. Ibadah merupakan hak Allah swt. secara murni yang tujuannya tidak bisa ditangkap oleh daya nalar manusia sehingga ketentuan nas} tentang ibadah ini harus diamalkan apa adanya. Berbeda dengan ibadah, muamalah adalah hak manusia yang bisa dinalar oleh daya pikir manusia sehingga yang menjadi acuan adalah makna dari nas}-nya, bukan ketentuan legal-formalnya. Selain itu, pemahaman tentang hukum Islam haruslah berangkat dari satu asumsi dasar bahwa hukum muamalah tidak lain adalah hasil dari interaksi manusia dengan kondisi sosialnya, di mana upaya kontekstualisasi merupakan sebuah keniscayaan, termasuk kajian al-Ah}wāl asy-Syakhs}iyyah dengan pendekatan analisis gender.]
References
Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 26, Jakarta: Pradnya Paramita, 1996.
Ensiklopedi Hukum Islam, Entri “Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah”, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Jilid I, 1997.
Faiz, Fahruddin, Hermeneutika al-Qur’an: Tema-Tema Kontroversial, cet. Ke-1, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.
Fakih, Mansour (et.al), Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, cet.k-1, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
______, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Cet. 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Hallaq, Wael B, A History of Islamic Legal Theories: An Introduction to Sunni Usul al-Fiqh, Cambridge: Cambridge University Press, 1997.
Hardiman, F. Budi, Melampaui Positivisme dan Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Haykel, Bernard, “Popular Support First,” dalam Khaled M. Abou el-Fadl, Islam and the Challenge of Democracy, Princeton: Princeton University Press, 2004.
Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1996.
Hosseini, Ziba Mir, “The Construction of Gender in Islamic Legal Thought: Strategies for Reform”, dalam Nik Noriani Nik Badlishah (Ed.), Islamic Family Law and Justice for Muslim Women, Malaysia: Sisters in Islam, 2003.
Ihromi, T.O., Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999.
Jauziyyah, al-Ha>fiz} Ibn al-Qayyim al-, ‘Aun al-Ma’bu>d bi Syarh} Sunan Abi> Da>ud, t.k.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1979
Karim, Khalil Abdul, Syari’ah: Sejarah Perkelahian Pemaknaan, terj. Kamran As’ad, Yogyakarta: LKiS, 2003.
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah-Masalah Keagamaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992.
Mahmood, Taher, Family Law Reform in the Muslim World, Bombay: N.V. Tripathi, 1972.
______, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Comparative Analysis, New Delhi: Academy of Law and Religion, 1997.
Mas’udi, Masdar F., Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, Bandung: Mizan, 1991.
Megawangi, Ratna, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, 1999.
Mustaqim, Abdul, Paradigma Tafsir Feminis, Membaca al-Qur’an dengan Optik Perempuan: Studi Pemikiran Riffat Hassan tentang Isu Gender dalam Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2008.
Qaradawi, Yusuf al-, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, terj. Muhammad al-Bagir, Bandung: Karisma, 1999.
Rahardjo, Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung: Penerbit Alumni, 1983.
Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1984.
Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, jilid VII, 2002.
Sya>t}ibi>, Abu> Ish}a>q Asy-, al-Muwa>faqāt fi> Us}u>l al-Ah}kām, ed. Muh}ammad al-Khudar H{ussain al-Tulisi, Beirut: Dār al-Rasyadah al-H{adi>sah, jilid II. t.th.
Zayd, Nasr Hamid Abu, Dekonstruksi Gender: Kritik Wacana Perempuan dalam Islam, terj. Muhammad Nur Ichwan, Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga & SAMHA, 1999.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2016 Bani Syarif Maula
![Creative Commons License](http://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication. The works are simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.