Saat ini, kebutuhan untuk publikasi di jurnal ilmiah semakin meningkat terkait dengan upaya-upaya serius Indonesia dalam mendongkrak rangking risetnya di ASEAN. Selama sekitar satu dekade terakhir, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas jurnal di Indonesia. Akreditasi dilakukan secara masif, pembinaan jurnal juga ekstensif dan intensif, sehingga hasil sudah mulai terlihat dengan semakin banyaknya publikasi ilmiah yang digarap lebih serius di kampus-kampus.

Di sisi dosen dan mahasiswa, efek dari kebijakan mendongkrak rangking riset itu adalah muncul kewajiban-kewajiban publikasi yang dikaitkan dengan karir dan syarat akademik. Mahasiswa S2-S3, misalnya, diwajibkan publikasi sebagai syarat kelulusan. Dosen diwajibkan publikasi sebagai syarat sertifikasi, dll.

Terkait dua hal tersebut, penting bagi dosen dan mahasiswa untuk mengetahui di mana mereka dapat dan tepat mempublikasikan karyanya. Secara singkat, pasti orang hanya akan melihat akreditasi, apakah S1, S2, S3, dan seterusnya. Tetapi secara jangka panjang, Anda harus hati-hati dalam melihat sebuah jurnal. Bisa jadi, jurnal yang hari ini statusnya terakreditasi S1, terindeks Scopus, tetapi pas saat Anda perlu untuk kenaikan pangkat, naskah Anda tidak dapat digunakan karena jurnal tersebut melakukan praktik tidak etis yang membuatnya di-black-list oleh tim PAK.

Jadi, ada hal di luar akreditasi yang perlu diperhatikan dan kami akan mencoba menyebutkan 5 (lima) alasan lain yang patut Anda pertimbangkan untuk menerbitkan tulisan di Jurnal INKLUSI.

1. Terdistribusi secara luas ke seluruh dunia. Menurut data yang kami kumpulkan dari statcounter, Jurnal INKLUSI diakses oleh pembaca di lebih dari 20 negara. Meski mayoritas konten publikasi masih dalam bahasa Indonesia, tetapi abstrak di Jurnal INKLUSI semuanya disajikan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Versi Inggris membantu pembaca asing untuk mampir di Jurnal Inklusi.  
2. Popularitas yang tinggi. Menurut data yang dikumpulkan lewat statcounter, INKLUSI dikunjungi oleh sekitar 80 pengunjung unik per bulan. Untuk bidang yang sangat spesifik seperti disabilitas, kunjungan ini dapat dikatakan sangat tinggi. Perlu diketahui bahwa jumlah prodi terkait penyandang disabilitas di Indonesia tidak banyak. Seluruh Indonesia, hanya ada 11 universitas yang membuka Prodi Pendidikan Luar Biasa.  
3. Dikelola oleh tim editor yang qualified dan berkomitmen kepada kualitas. Editor INKLUSI melihat indikator ‘numerik’ seperti sitasi dan h-Indeks sebagai dampak saja, buah dari kualitas, bukan angka yang dikejar dan bisa dikejar dengan ‘program peningkatan sitasi.’

4. Terbaik di bidang disability studies. Jika kita menggunakan indikator akreditasi, jumlah sitasi, h-indeks, dan popularitas, INKLUSI adalah salah satu jurnal terbaik di bidang pendidikan inklusi dan studi disabilitas.

5. Sitasi tertinggi di kelasnya. Menurut indeks Google Scholar pada saat tulisan ini dibuat, Jurnal INKLUSI disitasi oleh lebih dari 200 kali dengan h-Indeks 8. Secara statistik jumlah sitasi INKLUSI juga menunjukkan peningkatan hampir 200% setiap tahunnya. Sebagai misal, dalam lima tahun terakhir, jumlah citasinya meningkat dari 4, (2005), 6 (2016), 18 (2017), 36 (2018), dan 91 (2019). Peningkatan sitasi yang selalu naik dua kali lipat ini menunjukkan tidak hanya tingginya distribusi (poin 1), tingginya kunjungan (poin 2), tetapi juga kualitas artikel (3).