Nalar Fikih Penghulu di Kota Malang dalam Saksi Nikah Tuli
Main Article Content
Abstract
This article discusses the paradigm of penghulus (the marriage registrants at the office for religious affairs, KUA) in Malang City regarding the status of marriage witnesses. This study uses a philosophical normative approach to find several important points. It turns out that fiqh is dominantly used by the penghulu to limit the rights of witnesses to marriages with hearing disabilities. This is related to the internalization of maslahat in the fiqh paradigm of the penghulu which is manifested in the form of concerns about leaving fiqh, on the one hand, and the stability of following fiqh and the opinions of local ulama', on the other. Nevertheless, fiqh is still a representation of the “advocative paradigm” of the penghulu in terms of the rights of deaf marriage witnesses by elaborating on sociological aspects and the development of science. It is safe to say that the continuing reference to traditional fiqh among the penghulu is related to the failure of the Malang City government in promoting their vision of creating an inclusive city.
Artikel ini membahas nalar fikih penghulu di Kota Malang dalam status saksi nikah. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif filosofis untuk menemukan beberapa poin penting. Fikih ternyata dominan digunakan penghulu untuk membatasi hak saksi nikah Tuli. Hal ini terkait dengan internalisasi maslahat dalam nalar fikih penghulu yang termanifestasi dalam bentuk kekhawatiran meninggalkan fikih, di satu sisi, dan kemantapan mengikuti fikih dan pendapat ulama’ lokal, di sisi yang lain. Meskipun demikian, fikih masih menjadi representasi “nalar advokatif” penghulu dalam hal hak saksi nikah Tuli dengan mengelaborasi aspek sosiologis dan perkembangan ilmu pengetahuan. Di sini dapat ditemukan bahwa dominasi nalar fikih lama di kalangan penghulu terkait dengan lemahnya pengaruh gagasan pemerintah Kota Malang yang ingin mewujudkan kota yang inklusif.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
* Author(s) are the copyrigth holder(s) of their published articles and to retain publishing rights without restrictions.
References
al-Khin, M., al-Bugha, M. D., & al-Syarbaji, A. (1992). Al-Fiqh al-Manhajiy (Vol. 4). Dar al-Qalam.
Al-Islamiyyah, W. al-A. wa asy-S. (1983). Al-Mawsu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah (Vol. 26). Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu’un al-Islamiyyah.
Al-Khallaf, A. W. (2010). ‘Ilmu Ushul al-Fiqh. Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah.
Anwar, S. (2002). Pengembangan Metode Penelitian Hukum Islam. Dalam Mazhab Jogja: Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer. Ar-Ruzz Press.
Anwar, S. (2016). Teori Pertingkatan Norma dalam Usul Fikih. Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 50(1), 141–167. https://doi.org/10.14421/asy-syir'ah.2016.501-06
’Audah al-’Uwaisyiyyah, H. bin. (2002). Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah fi Fiqh al-Kitab wa as-Sunah al-Muthahharah (Vol. 22). Dar Ibnu Hazm.
Az-Zuhaili, W. (1986). Ilmu Ushul al-Fiqh al-Islamiy. Dar al-Fikr.
Az-Zuhaily, W. (1986). Al-Fiqhu al-Islamiy Wa Adillatuhu. Dar a-Fikr.
Fauzia, A. (2003). Antara Hitam dan Putih: Penghulu pada Masa Kolonial Belanda. Studia Islamika, 10(2), 175–198. https://doi.org/10.15408/sdi.v10i2.634
Hadi, M. N. (2020). Pernikahan dan Disabilitas: Nalar Hukum Penghulu di Kota Malang. Publica Institute Jakarta.
Hasbullah, M. (2018). Pernikahan Penyandang Disabilitas di Kabupaten Ponorogo [Tesis masters, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta]. https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32856/
Hefni, M. (2013). Trend Ontologis dan Epistimologis Kajian Hukum Islam. AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 8(2), 334–373. https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v8i2.353
Hosen, P. K. H. I. H., L. M. L. &. Nadirsyah. (2020). Ngaji Fikih: Pemahaman Tekstual dengan Aplikasi yang Kontekstual. Bentang Pustaka.
Ismail, I. Q. (1997). Kiai Penghulu Jawa, Peranannya di Masa Kolonial. Gema Insani Press.
Jaedin. (2018). Akibat Hukum Perkawinan Penyandang Difabel Mental: Tinjauan Maqashid al-Syariah [Skripsi, UIN Walisongo]. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/9124/
Johari. (2019). Fikih Gus Dur: Pemikiran Gus Dur dan Kontribusinya dalam Pengembangan Hukum Islam di Indonesia. Pustaka Tebuireng.
Kamsay, D. A. (2011). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perkawinan Penyandang Cacat Mental Skripsi. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kharlie, A. T. (2011). Modernisasi, Tradisi, dan Identitas: Praktik Hukum Keluarga Islam Indonesia. Studia Islamika, 18(1), 167–209. https://doi.org/10.15408/sdi.v18i1.444
Lembaga Bahtsul Masail PBNU, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Pusat Studi Layanan dan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya, YAKKUM, & The Asia Foundation. (2018). Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas. Lembaga Bahtsul Masail PBNU.
Maftuhin, A. (2020). Fikih Disabilitas: Dari Dispensasi ke Advokasi. Dalam Islam dan Disabilitas: Dari Teks ke Konteks (hlm. 89–95). Gading.
Muhammad, H. (2019). Islam Tradisional yang Terus Bergerak: Dinamia NU, Pesantren, Tradisi, dan Realitas Zamannya. IRCiSoD.
Muhammad, H. (2020a). Islam yang Mencerahkan dan Mencerdaskan: Memikirkan Kembali Pemahaman Islam Kita. Yogyakarta. IRCiSoD.
Muhammad, H. (2020b). Menuju Fiqh Baru. IRCiSoD.
Najib, A. M. (2020). Reestablishing Indonesian Madhhab: ‘Urf and the Contribution of Intellectualism. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies, 58(1), 171–208. https://doi.org/10.14421/ajis.2020.581.171-208
Ndaumanu, F. (2020). Hak Penyandang Disabilitas: Antara Tanggung Jawab dan Pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah. Jurnal HAM, 11(1), 131–150. https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.131-150
Nurlaelawati, E. (2010). Modernization, Tradition, and Identity: The Kompilasi Hukum Islam and Legal Practice in Indonesian Religious Courts. Amsterdam University Press.
Nurlaelawati, E. (2018). Mengkaji Ulang Pembaruan Hukum Islam di Indonesia: Negara, Agama, dan Keadilan dalam Keluarga. Rapat Senat Terbuka Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Hukum Keluarga Islam, Yogyakarta.
Nurlaelawati, E. (2021). Problematika Isbat Nikah: Dualisme Kepentingan dan Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak dalam Legalisasi Poligami Siri. Dalam Membela Hak-Hak Masyarakat Rentan: HAM, Keragman Agama, dan Isu-Isu Keluarga. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Press.
Rachman, N. A. (2017). Pembentukan Keluarga Sakinah dalam Keluarga Difabel: Studi di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rais, H. (2020). Penguhulu Di Antara Dua Otiritas Fikih dan Kompilasi Hukum Islam. Penerbit Lingkaran.
Rispler-Chaim, V. (2006). Disability in Islamic Law (2007th edition). Springer.
Ro’fah, Ghufron, F., Sodiqin, A., Mustafid, F., Baroroh, N., & Wahyuni, S. (2015). Fikih (Ramah) Difabel (Vol. 2). Q-Media.
Sa`diyah, Z. (2017). Relasi Gender dalam Keluarga Pasangan Pernikahan Difabel di Kudus Jawa Tengah. PALASTREN Jurnal Studi Gender, 9(1), 43–68. https://doi.org/10.21043/palastren.v9i1.1923
Sodik, M. (2012). Pembacaan Progresif Terhadap Fikih Keluarga (Kritik terhadap KHI dan RUU HTPA). Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, 46(1), Article 1. https://doi.org/10.14421/asy-syir'ah.2012.%x
Sodiqin, A. (2015). Difabel Sebagai Subyek Hukum (Mukallaf). Dalam Fikih (Ramah) Difabel (ed. 1). Q-Media.
Thahir, M. (2007). Perspektif Baru Fiqh Pluralis: Telaah Deskontruktif Terhadap Doktrin Hukum Islam Klasik. Hermenia, 6(2), 351–372.
Wahid, M. (2014). Fiqh Indonesia: Kompilasi Hukum Islam dan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam dalam Bingkai Politik Hukum Indonesia (Cet. 1). Penerbit Marja.
Wulandari, I. (2014, November 20). Malang Targetkan Menjadi Kota Inklusif [Berita]. Republika Online. https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/11/20/nfbqsw-malang-targetkan-menjadi-kota-inklusif
Yuliana, S. (2012, Desember 5). Malang Jadi Pelopor Pendidikan Inklusi [Berita]. Surya.co.id. https://surabaya.tribunnews.com/2012/12/05/malang-jadi-pelopor-pendidikan-inklusi
Yusdani. (2015). Menuju Fiqh Keluarga Progresif (Cet. 2). Kaukaba Dipantara.
Zuhudi, M. (2019). Status Hukum Pernikahan Penyandang Cacat Mental dalam Pandangan Imam Syafi’i dan Relevansinya dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Walisongo.