DAKWAH NATIO-EDUCATION PADA MASYARAKAT EKS TAHANAN POLITIK DI KAMPUNG NANGA-NANGA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

Authors

  • Syahrul Syahrul IAIN Sultan Qaimuddin Kendari

DOI:

https://doi.org/10.14421/jd.2015.16207

Keywords:

Dakwah, Tahanan Politik, Natio-Education

Abstract

Kemajemukan  bangsa  Indonesia  tidak  hanya  pada  aspek-aspek yang selama ini populer di masyarakat seperti budaya, suku, bahasa, agama ataupun ras. Lebih dari itu, kemajemuk-an nampak pula pada kondisi sosial yang mengalami pelapisan
“atas-menengah-bawah”,  terdidik-kurang  terdidik,  bahkan pelabelan berdasarkan latar belakang afiliasi politik seperti “kiri-tengah-kanan”. Fakta-fakta sosial tersebut menyebabkan terjadinya  perbedaan  perlakuan  bagi  masing-masing komunitas  yang  mengalami  polarisasi  tersebut  baik  secara struktural, kultural maupun politik.
Mengambil  setting pada  masyarakat eks  tahanan politik  di Kampung  Nanga-Nanga  Kota  Kendari  Propinsi  Sulawesi Tenggara,  tulisan  ini  merupakan  upaya  melukiskan  kondisi suatu komunitas yang mengalami ketidakadilan secara sosial akibat pilihan mereka di masa lalu. Fakta lain yang menjadi sorotan  adalah  rendahnya  partisipasi  mereka  terhadap pendidikan.  Sehingga  tulisan  ini  juga  merupakan  ikhtiar memberikan tawaran solutif atas permasalahan tersebut.
Masyarakat eks tahanan politik Kampung Nanga-Nanga Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara adalah komunitas yang diasingkan dari hiruk-pikuk  penyelenggaraan negara akibat peristiwa 30 September 1965. Meskipun reformasi pada mei 1998 memberi harapan rehabilitasi, tetapi kondisi traumatik yang demikian kuat tidak memberi perubahan berarti dalam kehidupan sosial masyarakat kampung Nanga-Nanga. Proses isolasi masyarakat eks tahanan politik yang telah berlangsung cukup  lama  di  tempat  itu  menciptakan  stigma  bahwa kampung  Nanga-Nanga  dan  masyarakatnya  merupakan lapisan asing dalam struktur masyarakat di Kota Kendari.
Akibat  dari  pengasingan  itu  masyarakat  kampung  Nanga-Nanga  menunjukkan  beberapa  perilaku  seperti:  pesimisme dalam berbangsa dan bernegara, apriori terhadap lembaga pendidikan,  sensitif  terhadap  agama,  dan  tertutup  dalam pergaulan sosial.
Kondisi masyarakat eks tahanan politik di kampung Nanga-Nanga  yang  mayoritas  beragama  Islam  menghadirkan tawaran tentang perlunya pendekatan agama dalam konteks membangun  kesadaran  berbangsa  dan  menumbuhkan semangat  untuk  bersekolah.  Pendekatan  strategis  tersebut diharapkan  menjadi  gerakan  dakwah  kebangsaan  dan perbaikan layanan pendidikan. Akibatnya strategi dakwah ini menuntut  keterlibatan  seluruh  elemen  masyarakat  baik pemerintah,  tokoh  agama,  tokoh  masyarakat,  pemuda, mahasiswa dan lembaga pendidikan.
Abstract viewed: 325 times | PDF downloaded = 267 times

Downloads

Published

2015-12-01

How to Cite

Syahrul, S. (2015). DAKWAH NATIO-EDUCATION PADA MASYARAKAT EKS TAHANAN POLITIK DI KAMPUNG NANGA-NANGA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA. Jurnal Dakwah, 16(2), 305–319. https://doi.org/10.14421/jd.2015.16207

Issue

Section

Articles