Reinterpretasi Makna Al-Islām dalam Al-Qur’an (Menuju Keagamaan yang Etis dan Dialogis)
Main Article Content
Abstract
Re-interpretation of the term al-islām in al-Qur’an is still very relevant today. Especially if it is associated with increasing extreme religious movement, which emphasizes the angry face of Islam, rather than the” friendly Islam”. At the same time, radical ideology that carries the motto ‘back to the Qur’an and Sunnah,’ often emphasizes the claim of truth and takfīr. Therefore, the authors noticed that one of the ways to erode the radical ideology is the re-interpretation of the meaning of al-islām in al-Qur’an. Many view considers that the interpretation of the term al-Islam is final and raw. Especially if linked with the traditions of the Prophet narrated by ‘Umar bin Khattab. Often interpretations al-Islam has always been associated with all forms of formal worship, and only associated with the teachings brought by Prophet Muhammad. In fact, of the hundreds of verses that speak of al-islam and various derivatives, there is no verse that is associated with formal worship such as prayer, fasting, zakat and hajj. The verses of al-islam always talk about spiritual values, nature, and all of Islam’s various predecessor prophets before Prophet Muhammad. Through this article, the author tries to give a new interpretation on the term al-Islam to create a more inclusive religious, ethical, and dialogic.
[Interpretasi ulang atas term al-islām dalam al-Qur’an masih sangat relevan hingga saat ini. Khususnya jika dikaitkan dengan semakin meningkatnya pergerakan keagamaan ekstrim, yang lebih mengedepankan wajah Islam marah, daripada Islam ramah. Pada saat yang sama, ideology radikal yang membawa motto ‘kembali pada al-Qur’an dan Sunnah,’seringkali mengedepankan klaim kebenaran, atau meng-kafir-kan. Oleh sebab itu, penulis melihat bahwa salah satu cara untuk mengikisideologi radikal tersebut adalah dengan interpretasi ulang makna al-islam dalam al-Qur’an. Banyak pandangan menganggap bahwa interpretasi atas term al-islam sudah final dan baku. Apalagi jika dikaitkan dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Khattab. Seringkali interpretasi al-islam selalu dikaitkan dengan segala bentuk ibadah formal, dan hanya dikaitkan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Nyatanya, dari ratusan ayat yang berbicara tentang al-islam dan berbagai derivasinya, tidak ada ayat yang dikaitkan dengan ibadah formal seperti salat, puasa, zakat dan haji. Ayat-ayat tentang al-islam selalu berbicara tentang nilai-nilai spiritual, fitrah, dan ke-islam-an dari berbagai nabi-nabi pendahulu sebelum Nabi Muhammad. Melalui artikel ini, penulis mencoba untuk memberikan interpretasi baru atas term al-islam untuk menciptakan keagamaan yang lebih inklusif, etis, dan dialogis.]
Article Details
References
‘Abd al-Bāqi, Muhammad Fu’ād. Mu’jam Mufahras li Alfāẓ al-Qur’ān. tt: Dār al-Fikr, 1981.
Ahmad, Khurshid. Islam: Basic Principles and Characteristics. Lahore: Publications Ltd., tt. Asfahānī, Al-Rāghib, al-. Mu’jam Mufradat Alfāẓ al-
Qur’ān. Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiah, 2004.
Ḥanafi, Ḥassan. “Life in Peace: An Islamic Perspective”. Dalam http://sdi.sagepub.com. Hinnels, John R. Dictonary of Religions. London:
Penguin Books, 1995.
Izutsu, Toshihiko. Ethico-Religious Concepts in the Qur’an. Montreal: McGill University Press, 1966.
Khan. Hazrat Inayat. Kesatuan Ideal Agama-Agama. terj. Yulian Aris Fauzi. Yogyakarta: Putra Langit, 2003.
Safri, Arif Nuh. “Tat Kala Agama Berubah jadi Bencana”. Dalam Nizam, Vol. 4, No. 01, 2015.
Shihab, Alwi. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan, 1999.
Smith, Jonathan Z. dkk. The Harpercollins Dictionary Religion. New York: HarperSanFrancisco, 1995.
Syaḥrūr Muhammad, al-Islām wa al-Īmān Manżūmah al-Qiyam. Damaskus: al-Ahālī li al-Ṭabā’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzī’, 1996.
Widagdo, Haidi Hajar. “Dualisme A gama: Menilik Peranannya atas Kedamaian dan Kesengsaraan”. Dalam Esensia, Vol. xiv, No. 2, 2013.