ANALISIS MAQÂṢID ASY-SYARÎ’AH TERHADAP PUTUSAN MK NOMOR 46/PUU-VIII/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA

Authors

  • Muhammad Ubayyu Rikza Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
  • Siti Djazimah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.14421/ahwal.2017.10104

Keywords:

Putusan MK No 46/PUU-VIII/2010, anak di luar perkawinan

Abstract

The Constitutional Court made a revolutionary decision through the decision of Constitutional Court Number 46/PUU-VIII/2010 about the status of children outside of marriage. The decision stated that childrens born outside of marriage not only had a civil relationship with their mother and mother's family but also had a civil relationship with their biological father. Its implicates that children outside of marriage have the same rights with legal children, such as  earning a living, inheritance and equality before the law. Seen from the concept of maqâid asy-syarî'ah, the decision does not violate the Islamic law, otherwhise it is in the line with the principles of maqâid asy-syarî'ah especially the principles of if an-nasl and if an-nafs.

 

[Mahkamah Konstitusi telah membuat putusan revolusioner dalam putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang status anak di luar perkawinan. Putusan tersebut menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya dan mempunyai hubungan perdata dengan ayah biologisnya yang dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Implikasinya adalah anak di luar perkawinan mendapat hak sama dengan anak sah, mendapatkan nafkah, waris dan persamaan di hadapan hukum. Dilihat dari konsep maqâid asy-syarî’ah, putusan tersebut tidak melanggar hukum Islam, sebaliknya, ia sejalan dengan prinsip-prinsip maqâid asy-syarî’ah terutama prinsip if an-nasl dan if an-nafs.]

References

Abi Abdillah Ismail Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Ṣaḥiḥ al-Bukhari, kitab Farâid, bab: Al waladu lil Firâsyi ḥurratan kânat au ammatan, Beirut: Dar Ibn kaṡir, 2002.

Al-Izzuddin ‘abdul ‘Aziz bin Abd Salam, Qawâ’id al-Aḥkam fî Maṣalih al-Anam, Vol.2, Beirut: al-Kullîyyat al-Azharîyyah, 1986.

As-Syafi’i, al-Umm, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, t.t), V: 21

Djamil, Fathurahman, Pengakuan Anak Luar Nikah dalam Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Firdaus, 1994.

Hallaq, B. Well, Sejarah Teori Islam, Jakarta: Raja Grafida Persada, 2011.

Hasbi, M. Umar, Nalar Fiqh Kontemporer. cet. ke-1, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Ibn Hajr Al al-Asqalani, Fath al-Barrî, Beirūt: Dar al-Fikr, t.t.

Imam al-Bukhari, Ṣaḥih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, 1981.

Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid wa an-Nihayah al-Muqtasid, (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), II:7.

Nuruddin, Amiur & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2006.

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Usman, Muhlis, Kaidah-kaidah Istimbat Hukum Islam, cet. ke-2, Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, t.t.

Zuhailī, Wahbah, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, VII, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989.

Downloads

Published

2017-12-21

Issue

Section

Article

How to Cite

ANALISIS MAQÂṢID ASY-SYARÎ’AH TERHADAP PUTUSAN MK NOMOR 46/PUU-VIII/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA. (2017). Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 10(1), 37-48. https://doi.org/10.14421/ahwal.2017.10104

Similar Articles

21-30 of 187

You may also start an advanced similarity search for this article.