LIVING LAW AND WOMEN EMPOWERMENT: Weaving Skills as a Marriage Requirement in Sade, West Nusa Tenggara

Authors

  • Arif Sugitanata Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
  • Siti Aminah Sultan Zainal Abidin University
  • Ahmad Muhasim Universitas Islam Negeri Mataram

DOI:

https://doi.org/10.14421/ahwal.2022.15108

Keywords:

Marriage requirement, prohibition of marriage, Sasak Sade, weaving skill

Abstract

Weaving skills as a marriage requirement in the Sade Muslim Society is one of the customary rulesliving lawthat remains to exist currently, although it is not stated according to Islamic law or state law in the place. Departing from that uniqueness, this study aims to explore the reasons behind that term. Data was collected through interviews and observation in the field. Inspired by Turner’s symbolic anthropological theory, this study shows that the enforcement of customary rules—the prohibition of marriage for girls who do not yet have weaving skills—is interpreted as a form of cultural preservation. It is an effort to strengthen the micro-economy of the society with the hands of Sade women, which later becomes beneficial for their position in the family after marriage. Furthermore, the meaning of this customary rule is to preserve the identity of the Sade society which features the maturity and independence of women before going married.

[Ketrampilan menenun sebagai syarat perkawinan di Masyarakat Muslim Sade merupakan salah satu aturan adat yang masih hidup hingga saat ini, meskipun tidak diatur menurut hukum Islam atau hukum negara di tempat tersebut. Berangkat dari keunikan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggali alasan di balik istilah tersebut. Pengumpulan data lebih banyak melalui wawancara dan observasi di lapangan. Terinspirasi oleh teori antropologi simbolik Turner, penelitian ini menunjukkan bahwa penegakan aturan adat yang melarang pernikahan bagi anak perempuan yang belum memiliki keterampilan menenun dimaknai sebagai bentuk pelestarian budaya. Ini merupakan upaya penguatan ekonomi mikro masyarakat dengan tangan-tangan perempuan Sade, yang nantinya bermanfaat bagi posisi mereka dalam keluarga setelah menikah. Selanjutnya, makna dari aturan adat ini adalah untuk melestarikan identitas masyarakat Sade yang menonjolkan kedewasaan dan kemandirian perempuan sejak sebelum menikah.]

References

Abubakar, Fatum, Euis Nurlaelawati, and Ahmad Bunyan Wahib. “Interpreting ‘Bulugh’: Enhancement of Women’s Right through Management of Marriage within Salafi Community in Wirokerten Yogyakarta.’.” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies 12, no. 1 (2022): 139–63. https://doi.org/10.18326/ijims.v12i1.139-163.

Achmad, Asrori. “Analisis Saddu Az-Zariah Terhadap Larangan Perkawinan Dalam Tradisi Asrah Batin (Studi Kasus Di Karanglangu Dengan Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan).” Semarang, 2019.

Ahyar, Ahyar, and Subhan Abdullah. “Sorong Serah Aji Krama Tradition of Lombok Sasak Marriage to Revive Islamic Culture.” El Harakah 21, no. 2 (2019): 255. https://doi.org/10.18860/el.v21i2.6961.

Annafi, Adzim. “Larangan Perkawinan Pegiton Di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Ditinjau Menurut Hukum Islam.” Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2019.

Arifin, M, and Praktik Merariq Zuhdi. “Wajah Sosial Masyarakat Sasak.” Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2012.

Fauzi, Fahrul. “Larangan Perkawinan Sepersusuan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam Dan Medis.” Tahkim: Jurnal Peradaban Dan Hukum Islam 3, no. 2 (2020): 39–58. https://doi.org/10.29313/tahkim.v3i2.6352.

Gultom, Sholihin. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Pernikahan Dalam Adat Batak Toba (Studi Kasus Masyarakat Muslim Desa Setia Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara).” Institut Agama islam Negeri Sumatera Utara, 2014.

Imroatin, Chafidoh. “Tradisi Larangan Perkawinan Selên Perspektif Hukum Islam.” IAIN Purwokerto, 2020.

Jaya, Hervianis Virdya. “PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN MENIKAH SATU KANTOR (Studi Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017 Terhadap Pembatalan Pasal 153 Ayat (1) Huruf f Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).” Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.

Mardiyanti. “Kain Tenun Tradisional Dusun Sade, Rembitan, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.” Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

Minhaj, Ahmad. “Analisis Hukum Islam Terhadap Larangan Perkawinan Salep Tarjeh Di Desa Langkap Kecamatan Burneh Bangkalan.” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.

Mutia, Tuti, Sumarmi Sumarmi, Syamsul Bachri, and Budidjanto Budidjanto. “A Study on Bayan Community Perception Towards Awiq-Awiq Local Wisdom Based Forest Management.” In 1st International Conference on Social Knowledge Sciences and Education (ICSKSE 2018), 47–50. Atlantis Press, 2019. https://doi.org/10.2991/icskse-18.2019.8.

Rahman, Fachrir. Kerajaan-Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Barat. Mataram: Alam Tara Institute, 2014.

Sahar, Santri. “Kebudayaan Simbolik Etnografi Religi Victor Turner.” Sosioreligius 4, no. 2 (2019): 1–12. https://doi.org/10.24252/sosioreligius.v4i2.13320.

Sodikin. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Larangan Menikahi Wanita Yang Salah Satu Dari Kedua Orang Tuanya Sudah Meninggal.” Semarang, 2018.

Sudriman. Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak. NTB: KSU Primaguna, 2012.

Sugitanata, Arif. “Memberikan Hak Wali Nikah Kepada Kyai: Praktik Taukil Wali Nikah Pada Masyarakat Adat Sasak Sade.” Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam 12, no. 2 (2020): 161–72. https://doi.org/10.14421/ahwal.2019.12204.

Syafingi, Chalwan. “Larangan Perkawinan Ngalor-Ngulon Dalam Adat Jawa Di Desa Leses Kabupaten Klaten Perspektif Sadd Ad-Dzariah.” MISYKAT Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran Hadist Syari Ah Dan Tarbiyah 5, no. 2 (2020): 99–114. https://doi.org/10.33511/misykat.v5n2.99-114.

Thoifur. “Larangan Perkawinan Beda Awu Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Bogorejo Dan Desa Dadapan Kecamatan Sean Kabupaten Rembang).” Semarang, 2019.

Turner, Victor. “Dramas, Fields, and Metaphors. Ithaca and London.” Cornell University Press, 1974.

Turner, Victor, and Victor Witter Turner. The Forest of Symbols: Aspects of Ndembu Ritual. Vol. 101. Cornell University Press, 1970.

Wibowo, Chrisna. “Analisis ‘Urf Terhadap Ketaatan Masyarakat Dalam Adat Larangan Perkawinan Bulan Muharram (Studi Kasus Pada Masyarakat Ketonggo Bungkal Ponorogo).” Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2019.

Widisono, Adrian. “The Local Wisdom on Sasak Tribe Sade Hamlet Central Lombok Regency.” Local Wisdom: Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal 11, no. 1 (2019): 42–52. https://doi.org/10.26905/lw.v11i1.2711.

Winangun, Y Wartaya. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas Dan Komunitas Menurut Victor Turner. Kanisius, 1990.

Zulhadi, Heri. “Adat Perkawinan Endogamy Masyarakat Sade Desa Rambitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Menurut Pandangan Hukum Islam.” Mataram:, 2015.

Downloads

Published

2022-06-30

Issue

Section

Article

How to Cite

LIVING LAW AND WOMEN EMPOWERMENT: Weaving Skills as a Marriage Requirement in Sade, West Nusa Tenggara. (2022). Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 15(1), 145-160. https://doi.org/10.14421/ahwal.2022.15108

Similar Articles

1-10 of 118

You may also start an advanced similarity search for this article.